,,WelComE,,,,,,,,,,,,,,

,,Selamat datang di blog_ku,,,,

Senin, 21 Juni 2010

Pacaran? Huahaha… Kuno!

Posted in Buletin Studia Tahun Ke-empat by abu fikri on the April 19th, 2007


Sori, dengan judul seperti ini bukan maksud kita mau ngeledekin kamu-kamu yang pacaran, tapi kita mau menertawakan kamu-kamu yang pacaran. Lho, sama aja atuh ya? Jangan bingung begitu deh, karena memang itulah faktanya. Pacaran, adalah aktivitas yang udah kuno. Mungkin bukan saja kuno, tapi sekaligus norak. Bener lho.

Kenapa sih? Islam, sebagai agama �modern’ dan mencerahkan pemikiran, selalu memberikan yang terbaik untuk pemeluknya. Misalnya saja, di jaman purbakala, saat manusia terbiasa buligir, alias kagak make sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya, Islam datang menyempurnakan aturan manusia dalam berpakaian. Jilbab salah satunya, adalah ajaran Islam yang memberikan kehormatan kepada kaum wanita dalam berpakaian. Jadi, kalo sekarang masih ada anak puteri yang kagak pake jilbab, itu artinya masih �kagum’ dengan kebudayaannya Homo Soloensis dan Pythecantropus Erectus yang masih primitif, alias kuno. Gubrag! (yang tersinggung dilarang bangga)

Lha, pacaran apa hubungannya dengan kuno dan modern? Sabar dulu sobat. Begini, sebelum Islam datang sebagai agama penyempurna bagi kehidupan manusia, kehidupan di masa jahiliyah dulu rusak banget. Salah satunya dalam pergaulan. Mungkin, kalo kita mau kejam, seperti dunia binatang. Kok bisa sih? Iya, soalnya hubungan antara pria dan wanita di masa jahiliyah dulu kagak ada aturannya. Main seruduk, main selonong sana selonong sini. Suka-suka aja gitu lho. Waduh!

Sobat muda muslim, itulah sebabnya kenapa kita bilang bahwa pacaran adalah aktivitas kuno dan sekaligus norak. Lihat saja model gaul anak muda sekarang (termasuk paling banyak di antaranya adalah remaja muslim) makin tak terkendali alias liar banget. Kata seorang teman, remaja sekarang dalam bergaul dengan lawan jenisnya menggunakan prinsip 3T; ta’aruf (saling mengenal), taqarrub (saling mendekat), dan tak tubruk (terjemahkan dan tafsirkan sendiri deh, he..he..he..). mentang-mentang saling cinta dan saling sayang, lalu merasa halal aja main elus, main peluk, main tendang, main cekik, dan main banting (smackdown kali yee…? He..he..he..) Jadi, pacaran memang aktivitas yang deket-deket banget dengan z-i-n-a. Naudzubillahi min dzalik!

Benar banget sobat, kita ngeri deh dengan perkembangan gaul remaja sekarang. Remaja yang awam memang paling banyak melakukan aktivitas baku syahwat yang diharamkan Islam ini, but nggak sedikit yang ngakunya anak masjid juga jadi aktivis pacaran. Wackss… kacau-beliau dong? Begitulah…

Hmm…, kamu yang masih pacaran dan lagi seneng-senengnya bermesraan bareng gandengan kamu, pastinya bakalan sutris baca tulisan ini. Mungkin juga tuh sumpah serapah bakalan keluar dalam mulut kamu. Tapi inget sobat, justru lebih parah kalo kagak ada yang mau susah payah ngingetin kita-kita. Sebab, sebagai manusia kita selalu nggak lepas dari kesalahan. Di sinilah perlunya kita saling menasihati dan ngingetin satu sama lain. Tul nggak? Jadi, jangan marah ya kalo kita ngingetin kamu, meski dengan sindiran.

Kenapa sih pada pengen pacaran?
Bener. Kenapa sih kamu-kamu pada pengen ngelakuin pacaran? Apa enaknya pacaran? He..he..he.. jangan bingung dulu Mas, kita coba bantu ngasih bocorannya. Ada beberapa alasan yang bisa kita telusuri di balik maraknya aktivitas ilegal dalam ajaran Islam ini:

Pertama, biar disebut dewasa. Banyak teman remaja yang melakukan pacaran, biar disebut udah dewasa. Maklum aja, aktivitas baku syahwat itu kayaknya ganjil banget kalo dilakukan oleh bocah cilik. Selain ganjil, anak kecil nggak pantes ngelakuin pacaran.

Sobat muda, secara biologis boleh jadi kamu dewasa. Kamu yang cowok udah mimpi basah, tubuhmu udah mulai memproduksi sel sperma, suaramu pun udah berubah jadi berat, udah tumbuh rambut di sana-sini, jakunmu pun mulai kelihatan. Kamu yang puteri, sudah mulai haidh, tubuhmu udah memproduki sel telur, beberapa bagian tubuh mengalami pertumbuhan pesat. Itu secara fisik. Dan itu nggak salah kamu disebut dewasa.

Tapi, ukuran dewasa nggak selalu ditentukan dengan perubahan fisikmu, tapi ditentukan pula dengan cara kamu berpikir dan cara kamu bersikap. Nah, dewasa dalam berpikir dan bersikap harus kamu miliki juga dong. Sebab, banyak orang mengaku udah dewasa, tapi ternyata nggak bisa atau belum bisa berpikir dewasa. Seperti apa sih berpikir dewasa? Kamu berani bertanggung jawab dan bisa menentukan masa depan kamu sendiri. Dengan cara yang benar tentunya. Itu baru dewasa.

Itu sebabnya, kalo kamu menganggap bahwa untuk bisa dikatakan udah dewasa adalah dengan melakukan pacaran, berarti kamu sebetulnya belum bisa dikatakan dewasa, terutama dalam berpikir dan bersikap. Why? Sebab, aktivitas pacaran jelas mendekati zina. Dan itu dosa. Jika kamu masih tetap melakukannya, itu artinya kamu belum tahu arti sebuah kedewasaan. Padahal, orang yang berpikir dan bersikap dewasa, akan lebih hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Nggak asal jalan aja. Tapi penuh perhitungan, bila perlu mengkalkulasi untung-rugi dari sebuah perbuatan yang kamu lakukan. Sebab, itulah yang namanya bertanggungjawab. Lha, yang pacaran? Rata-rata cuma seneng-seneng aja tuh. Berarti nggak punya prinsip dong? Berarti belum dewasa dong? Tepat. Kejam amat ya?

Kedua, having fun. Walah, ini juga asal-asalan. Tapi inilah kenyataan yang kudu kita hadapi. Banyak teman remaja yang mengaku bahwa alasan melakukan pacaran sekadar having fun aja. Sekadar bersenang-senang. Nggak punya alasan lain. Barangkali teman remaja yang begitu menganggap bahwa pacaran sekadar hiburan di masa sulit dan obat stres saat menghadapi persoalan hidup.

Bisa jadi, teman-teman remaja yang nggak mendapatkan kasih sayang di rumah, karena kebetulan orangtuanya jarang di rumah, ia nyari kesenangan di luar. Bisa dengan kekasihnya (baca: pacaran), bisa juga lari ke minuman keras dan narkoba. Di rumah sumpek, maka pelampiasan untuk mencari kesenangannya lewat pacaran. Pacaran sering diyakini sebagai obat mujarab untuk menghilangkan stres. Gimana nggak senang, wong, jalan berdua, mojok berdua, bisa curhat, bisa menikmati hidup ini dengan nyaman dan tenang.

Benarkah pacaran selalu memberikan kesenangan? Ternyata nggak tuh. Banyak pasangan yang pacaran justru cek-cok melulu. Belum lagi kalo beda ambisi. Maklum masih pada muda, emosinya masih meletup-letup. Jadi, gimana mau senang-senang jika tiap hari �panas’ melulu. Nggak banyak sih yang begitu, tapi tetap, bahwa alasan berpacaran semata untuk having fun, juga nggak dibenarkan. Baik secara hitung-hitungan logika, apalagi hukum syara.

Ketiga, pacar sebagai motivator dan katalisator. Duh, emangnya pacaran sejenis suplemen, pake menambah semangat segala? Tapi itulah yang terjadi. Alasan yang asal-asalan memang. Namun inilah yang juga banyak diakui teman remaja. Ada yang ngedadak jadi getol dateng ke sekolah en rajin belajar. Rela datang lebih awal ke sekolah. Tujuannya, biar bisa berlama-lama dengan sang gacoan. Maklum, kalo di sekolah sang gebetan ada, rasanya muncul semangat untuk belajar. Ah, yang benar nih? Jangan ngigau begitu, ah!

Benarkah pacaran bisa tambah semangat belajar? Naga-naganya sih alasan itu cuma direkayasa. Coba aja kamu pikirin, gimana bisa belajar jadi getol kalo di sekolah aja yang diingetin cuma kekasihnya. Boleh jadi pelajaran yang diikuti di kelas memantul sempurna, karena otaknya udah full dengan memori tentang sang kekasih hati. Lagi pula, yang berhasil jadi juara kelas or juara umum di sekolah bukan karena mereka pacaran. Kalo memang pacaran nambah semangat untuk belajar, harusnya semua yang pacaran tambah pinter, karena belajar terus. Buktinya? Justru yang pacaran selalu bermasalah dalam belajarnya.

Memang sih ada satu-dua yang pacaran tapi prestasinya tetep bagus. Tapi itu bukan jadi alasan lho untuk kamu teladani. Sebab, puluhan, atau mungkin ratusan remaja yang pacaran, justru prestasi akademiknya jeblok. Yang pinter itu pun, karena emang otaknya tokcer banget. Selain memang mereka nggak nafsu-nafsu amat untuk pacaran. Karena doi biasanya lebih mementingkan belajar. Nah lho?

Jadi, emang nggak ada pengaruh secara signifikan sih antara pacaran dan prestasi belajar. Nggak ada. Itu mah, cuma alasan klise alias dibuat-buat aja untuk melegalkan ajang baku syahwat yang dilarang itu. Tapi sejujurnya, pendapat kita neh, yang udah-udah, makin kuat pacarannya, biasanya malah makin malas belajarnya. Ngaku aja deh. (Idih kayak interogasi aja ya? He…he…he..)

Tapi terlepas dari itu semua, entah pacaran itu bisa menumbuhkan semangat belajar atau malah memadamkan semangat belajar, tetep aja perbuatan tersebut haram untuk dilakukan. Karena ukuran manfaat dan mafsadat (keburukan) bukan dinilai oleh kita. Kita, kaum muslim, diajarkan untuk melakukan perbuatan yang ihsan. Jadi, bukan yang terbanyak amalnya yang akan dinilai oleh Allah, tetapi yang terbaik amalnya. Baik niat maupun caranya. Dua-duanya kudu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.:

?„???????¨?’?„???ˆ???ƒ???…?’ ?£?????‘???ƒ???…?’ ?£???­?’?³???†?? ?¹???…???„?§?‹
“…supaya Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.â€? (TQS al-Mulk [67] : 2)

Seorang ulama yang hidup di masa Abdul Malik bin Marwan, Sa’id bin Jubair, pernah mengatakan: “Tidak diterima suatu perkataan kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan dengan sunnah Nabi saw.�

Saking pentingnya ihsan dalam beramal ini, Imam Malik mengatakan: “Sunnah Rasulullah saw itu ibarat perahu nabi Nuh. Siapa yang menumpanginya ia akan selamat; sedangkan yang tidak, akan tenggelam.�

Nah, meskipun niatnya bagus untuk menambah semangat belajar (mungkin ikhlas karena Allah), tapi pacaran adalah perbuatan maksiat. Jadi nggak klop tuh. Nah lho?

Menertawakan pacaran
Sobat muda muslim, kalo melihat teman-teman kamu yang pacaran, kita suka geli dan lucu lho. Kita tertawa. Bener. Abisnya, teman remaja yang aktivis berat pacaran adalah tipe manusia yang suka ngakalin gitu lho. Sebab, alasan-alasan utama mereka berpacaran justru semuanya klise. Intinya, semua itu cuma direkayasa untuk melegalkan aktivitas baku syahwat terlarang itu. Bener. Kagak bohong!

Oke deh, singkat kata, bagi kamu yang masih aktif pacaran, segera melakukan pembenahan; putusin aja pacar kamu. Pelajari Islam. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat kamu. Nggak usah ragu, jodoh di tangan Allah, bukan di tangan hansip (maksudnya kalo kamu kepergok lagi “begituan� sama hansip, he..he..he..).

Bagi kamu yang belum terjun ke dalam aktivitas ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam pergaulan bebas ini. Pelajari Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan bertemanlah dengan anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu. Insya Allah itu bakal meredam keinginan kamu terhadap aktivitas gaul bebas yang emang berbahaya dan dosa itu.

Firman Allah Swt:

?‚???„?’ ?„???„?’?…???¤?’?…???†?????†?? ?????????¶?‘???ˆ?§ ?…???†?’ ?£???¨?’?µ???§?±???‡???…?’ ?ˆ???????­?’?????¸???ˆ?§ ?????±???ˆ?¬???‡???…?’ ?°???„???ƒ?? ?£???²?’?ƒ???‰ ?„???‡???…?’ ?¥???†?‘?? ?§?„?„?‘???‡?? ?®???¨?????±?Œ ?¨???…???§ ?????µ?’?†???¹???ˆ?†??
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS an-N?»r [24]: 30).

Sobat, pacaran adalah salah satu pemenuhan yang salah dari naluri mempertahankan jenis. Sebab, pemenuhan dan penyaluran yang sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah saw.: “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung� (HR Bukhari)

Jadi, jangan pada nekat pacaran ya? Pacaran itu nggak ada manfaatnya sama sekali. Kalo pun mungkin ada �manfaat’, tapi itu biasanya cuma diukur dengan penilaian hawa nafsu kita, bukan berdasarkan aturan Allah Swt. Kalo kamu nekat pacaran? Huahaha… udah kuno, norak, dosa lagi. Amit-amit deh. Tinggalin ya..!

(Buletin Studia – Edisi 135/Tahun ke-4/10-03-2003)

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/pacaran-kuno)

Ketika Cinta Harus Memilih

Posted in Buletin Studia Tahun Ke-empat by abu fikri on the April 19th, 2007


Hidup tanpa cinta rasanya memang garing banget. Pokoknya bete deh. Sangat boleh jadi kehidupan ini dipenuhi oleh mereka-mereka yang berhati batu. Kejam, bengis, dan sejenisnya. Ibarat hidup di jaman Wild Wild West. Kill or be killed. Sadis!

Cinta, bisa tumbuh dan berkembang dalam sebuah kehidupan. Coba kamu perhatiin, ortu kita sayang banget kan sama kita? Kalo nggak sayang mah, kayaknya waktu kita bayi udah dibuang kali tuh. Tapi, alhamdulillah, ortu kita termasuk orang yang mampu memberikan cintanya kepada kita. Harapannya, agar kita bisa tumbuh, juga dengan memiliki rasa cinta.

Sobat muda muslim, cinta tumbuh di setiap makhluk yang bernyawa. Seperti sebuah lagu lawas berirama melayu yang syairnya kayak begini, “Rasa cinta pasti ada, pada makhluk yang bernyawa…./perasaan insan sama, ingin cinta dan dicinta..â€?

Yup, emang nggak ada tema yang abadi untuk dibahas selain masalah cinta. Tengok aja mulai dari lagu, puisi, prosa, sampai film didominasi masalah cinta. Wajar karena cinta adalah perasaan yang universal. Dimana-mana, di seluruh dunia, orang membutuhkan dan menginginkan cinta. Cinta ada pada orang tua yang cinta pada anak-anaknya, anak-anak yang cinta pada orang tuanya, adik dan kakak yang saling menyayangi seperti dalam film Children of Heaven, dan ehm, tentu saja cinta dirasakan oleh sepasang pria dan wanita.

Pendek kata dengan cinta kita bisa memberikan kesegaran dalam hidup seseorang. Kalo kamu ngasih uang seribu perak kepada mereka yang membutuhkan, itu artinya kamu telah menolong. Kalo bukan dengan rasa cinta, kayaknya nggak bakalan deh kamu tersentuh dengan penderitaannya. Itu sebabnya orang suka bilang bahwa cinta biasanya berbanding lurus dengan pengorbanan. Selalu seiring deh.

Dengan cinta pula, kamu biasanya peduli dengan orang lain. Tegur sapa dengan sesama kita, boleh jadi adalah hal kecil untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Tentunya dalam ikatan cinta di antara kita sebagai manusia. Kita yakin kok, semua manusia itu butuh cinta dan dicintai. Itu sebabnya, peduli adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta. Masing-masing dari kita dalam pergaulan sehari-hari, ogah banget kalo cuma dianggap sebagai bilangan, tapi kita kepengen juga diperhitungkan. Tul nggak?

Tentang kepedulian dan cinta ini, kita bisa meneladani Abdullah bin Amir. Dengan harga sembilan puluh ribu dirham, beliau membeli rumah milik Khalid bin �Uqbah yang berada di dekat pasar. Pada malam harinya, Abdullah mendengar suara tangis keluarga Khalid. Ia pun bertanya, kepada salah satu pelayan rumahnya, “Mengapa mereka menangis?�

“Mereka menangis karena mereka harus meninggalkan rumah yang telah tuan beli siang tadi,� jawab si pelayan.

Mendengar penjelasan itu, Abdullah bin Amir berkata, “Pelayan, katakan kepada mereka bahwa uang harga rumah yang telah mereka terima beserta rumah itu menjadi milik mereka semua.�

Subhanallah, Abdullah bin Amir bin Kuraiz tersebut, yang merupakan salah satu dermawan kota Baghdad telah memberikan teladan kepada kita, betapa rasa rasa peduli dengan nasib sesama membuatnya rela mengeluarkan hartanya. Sikap yang amat jarang bisa kita temukan saat ini. Kepengen juga kayak beliau.

Memiliki cinta? Berbahagialah!
Bang Doel Soembang pernah nyanyi begini, “Cinta itu anugerah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara, bila tak punya cinta�. Nggak mengada-ngada tentunya. Cinta memang penuh makna. Dan bisa memberikan kesenangan kepada yang mendapatkannya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkomentar tentang cinta, “Cinta itu bisa mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian yang rapi, makan yang baik-baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shalih dan cobaan bagi ahli ibadah.�

Sobat muda muslim, jangan salah bahwa cinta bisa berarti sangat luas. Nggak sebatas hubungan antara pria dan wanita saja. Seperti yang udah dijelaskan di awal tulisan ini. Cinta, bisa berarti hubungan antara anak dan ortu yang full kasih sayang. Bisa juga berarti saling mencintai dan menyayangi dengan teman, bisa juga saling menumbuhkan rasa cinta di antara saudara, dan lain sebagainya. Pokoknya luas deh, termasuk cinta kita kepada harta, jabatan, tempat tinggal, kendaaraan, dan yang utama cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah saw. bahkan memberikan teladan bagus kepada kita bagaimana mencintai orang lain dengan tidak pandang bulu. Siapa pun ia, Rasulullah memberikan perhatian, kepedulian, dan tentu cintanya. Ada kisah menarik yang bisa kita simak. Diriwayatkan Abu Hurayrah (Nailul Awthar, 4: 90): “Ada seorang perempuan hitam yang pekerjaannya menyapu masjid. Pada suatu hari, Nabi saw. tidak menemukan perempuan itu. Nabi saw. menanyakan ihwalnya. Para sahabat mengatakan bahwa ia telah mati. Ketika Nabi menegur mereka kenapa tidak diberitahu, para sahabat mengatakan bahwa perempuan itu hanya orang kecil saja. Kata Nabi saw., “Tunjukkan aku kuburannya.� Di atas kuburan itu Nabi melakukan shalat untuknya.�

Subhanallahu, sungguh mulia sekali Nabi kita. Ia memberikan teladan yang amat bagus bagi hidup kita. Dalam kesehariannya, Rasul sangat menghormati para sahabatnya. Ambil contoh, suatu hari Abdullah al-Banjaliy tidak kebagian tempat duduk saat menghadiri majlis Rasulullah. Mengetahui hal itu, Rasul lalu mencopot gamisnya dan mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk. Tapi Abdullah al-Banjaliy tidak mendudukinya, malah mencium baju Rasulullah dengan air mata yang berlinang, “Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku,� komentar Abdullah.

Hmm.. kira-kita kita begitu nggak sama teman kita? Kadang, di antara kita suka ada yang merasa sok sibuk mikirin ummat, sampe-sampe lupa untuk sekadar menyapa kepada teman kita, “Apa kabar?� Padahal, hal �sepele’ itu bisa menumbuhkan kecintaan juga lho. Bener. Jangan dikira kagak ada efeknya. Pengaruhnya besar lho. Sebab, kepedulian akan menumbuhkan rasa cinta, dan itu bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk bisa menikmati hidup dengan tenang dalam sebuah kebersamaan yang penuh kasih sayang. Nggak percaya? Cobalah kamu lakukan. Siapa tahu kepedulian kamu akan bisa membuat temanmu merasa bahagia. Ditanggung antimanyun deh. Suer.

Itu semua karena cinta sodara-sodara. Sungguh, berbahagialah orang yang memiliki cinta dan memberikannya kepada orang lain. Bahkan bila perlu korbankan segala yang kita miliki dan cintai. Sekali lagi, berbahagialah mereka yang memiliki cinta.

Prioritas cinta kita…
Adakalanya kita sulit menentukan pilihan, bahkan sekadar membuat urutan prioritas sekali pun. Bener, kita kadang bingung kalo disodorkan berbagai pilihan yang kudu diambil salah satu. Apalagi semua pilihan itu memikat. Rasanya sayang kalo sampe nggak diambil. Tapi, dalam kondisi tertentu kita dituntut untuk bisa menentukan prioritas cinta kita. Untuk apa dan kepada siapa. Siap kan?

Dari semua cinta yang kita miliki, pastikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menempati daftar utama dalam kehidupan kita. Yang lainnya; cinta harta, kendaraan, jabatan, status sosial, tempat tinggal, perusahaan, barang dagangan, bahkan cinta kita kepada keluarga, dan suami atau istri (bagi yang udah punya he..he..) harus rela untuk �dikesampingkan’. Allah Swt. berfirman:

?‚???„?’ ?¥???†?’ ?ƒ???§?†?? ?????§?¨???§?¤???ƒ???…?’ ?ˆ???£???¨?’?†???§?¤???ƒ???…?’ ?ˆ???¥???®?’?ˆ???§?†???ƒ???…?’ ?ˆ???£???²?’?ˆ???§?¬???ƒ???…?’ ?ˆ???¹???´?????±???????ƒ???…?’ ?ˆ???£???…?’?ˆ???§?„?Œ ?§?‚?’?????±?????’?????…???ˆ?‡???§ ?ˆ???????¬???§?±???©?Œ ?????®?’?´???ˆ?’?†?? ?ƒ???³???§?¯???‡???§ ?ˆ???…???³???§?ƒ???†?? ?????±?’?¶???ˆ?’?†???‡???§ ?£???­???¨?‘?? ?¥???„?????’?ƒ???…?’ ?…???†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???±???³???ˆ?„???‡?? ?ˆ???¬???‡???§?¯?? ?????? ?³???¨?????„???‡?? ?????????±???¨?‘???µ???ˆ?§ ?­?????‘???‰ ?????£?’???????? ?§?„?„?‘???‡?? ?¨???£???…?’?±???‡?? ?ˆ???§?„?„?‘???‡?? ?„?§?? ?????‡?’?¯???? ?§?„?’?‚???ˆ?’?…?? ?§?„?’?????§?³???‚?????†??
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.â€? (at-Taubah [9]: 24)

Untuk masalah ini, Rasulullah pantas dan layak menjadi teladan kita. Maka jangan heran jika Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin?

Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, dia berkata, “Ya, Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabbku.� Aku berkata, “Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu.�Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,�Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?� tanya Bilal. “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.�

Memang, adakalanya kita sulit banget menentukan pilihan utama di antara sekian pilihan yang semuanya bagus bagi kita. Tapi, di sinilah jiwa berkorban kita diuji. Apakah kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, atau memilih mencintai yang lain?

Sobat muda muslim, para sahabat Rasulullah juga memberikan teladan bagus buat kita. Khalid bin Walid salah satunya, beliau sampe berkomentar begini, “Malam yang dingin saat memimpin pasukan dalam sebuah ekspedisi untuk menghancurkan musuh-musuh Allah, lebih aku sukai ketimbang mendapatkan seorang bayi laki-laki yang baru lahir.� Subhanallahu, bukankah itu pelajaran yang amat berharga bagi kita tentang prioritas cinta?

Di Uzbekistan, saudara kita, para pengemban dakwah di sana, lebih memilih berhadapan dengan diktator Islam Abdulghanievic Karimov, ketimbang �serah bongkokan’ alias mengalah kepada pemimpin jahat dan bengis itu. Banyak para pengemban dakwah yang kebanyakan para pemuda dikejar, ditangkap, dipenjara, dan tak sedikit yang kemudian dibunuh. Penjaranya nggak tanggung-tanggung, sobat. Penjara itu berada di suatu pulau di tengah laut Aral. Cukup? Belum! Tempat itu disebut Barisah Kilmaz alias “mereka yang pergi ke sana tak akan kembali�. Pulau itu adalah tempat pembuangan sampah nuklir! Ngeper? Oh, Tidak! Para pemuda di sana malah tambah semangat dan yakin dengan jaminan surga dari Allah swt. Karena membela agama-Nya. Semangat membela? Islam lah yang menenggelamkan rasa takut dan keraguan. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Sungguh luar biasa semangat mereka. Patut dicontoh.

Teman pembaca, jika kita harus memilih cinta, pilihlah yang utama, yakni cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Boleh kok kita mencintai yang lainnya, asal jangan melupakan Allah dan Rasul-Nya. Yuk, mulai sekarang kita belajar untuk mencintai Allah, Rasul-Nya, dan Islam dengan sepenuh hati kita. Insya Allah kita bisa kok. Yakin deh.
?
(Buletin Studia – Edisi 137/Tahun ke-4/24 Maret 2003)

(DIkutip dari : http://www.gaulislam.com/ketika-cinta-harus-memilih)

Asmara Aktivis Rohis

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun I/2007-2008 by Hasna Hawwa on the May 24th, 2008
edisi 031/tahun I (20 Jumadil Awwal 1429 H/26 Mei 2008)


Anak Rohis juga manusia. Punya hati, punya rasa. Juga, tentu punya rasa suka dan bisa jatuh cinta. Huhuy! Justru kalo anak rohis nggak pernah bisa merasa jatuh cinta adalah kagak normal, atau jangan-jangan bukan makhluk hidup. Wacks! Ya iyalah, kalo masih merasa manusia sih ya pasti punya rasa cinta. Hewan aja punya kok. Selama masih hidup. Tapi tentu manusia punya aturan dalam mengekspresikan cintanya. Ada syariat yang harus ditaati. Kalo hewan nggak ada syariat yang harus mereka taati. Bener lho.

Kalo manusia sih untuk mencintai manusia lainnya harus jelas aturan mainnya. Kalo hewan? Nggak ada. Emang pernah dengar ada kambing jantan yang tertarik dengan kambing betina terus mereka mengikatnya dengan khitbah untuk seterusnya menikah dan diramein dengan pesta ngundang tamu dan diiringi hiburan nasyid? Hihihi.. film kartun kaleee!

Bro en Sis, karena aktivis Rohis (kerohanian Islam) juga punya rasa suka dan rasa cinta, pasti mereka pernah dong ngalamin yang namanya DDA alias debar-debar asmara. Meskipun dalam mengekspresikannya agak sedikit beda ama remaja umumnya. Kalo remaja umumnya langsung kenalan, terus janjian dan jadian deh dalam ikatan bernama pacaran. Kalo anak Rohis? Kalo untuk pacaran secara terang-terangan kayaknya jarang ada. Mungkin mereka malu. Tapi kalo yang dikamuflase dengan istilah “pacaran islami” kayaknya banyak deh. Ini juga sering dianggap sebagai pembenaran atas aktivitas yang dilakoninya. Halah!

Ngaji doyan, pacaran kuat

Nah lho, nggak salah nih ngasih subjudul? Hehehe… kamu jangan protes dulu dong. Banyak juga lho yang ngaji tapi pacarannya minta ampun kuatnya. Ini khusus berlaku buat yang ngajinya cuma ikut-ikutan or emang nggak paham. Termasuk yang ngerasa udah tahu tentang hukum Islam, tapi nggak sampe paham dan cuma teori doang, sementara praktiknya nol gede. So, cuma modal semangat aja, tanpa pengen paham lebih dalam. Kadang, ada juga lho yang emang nafsunya lebih gede ketimbang nalarnya. Maaf ye bagi yang kesinggung. Itu tandanya dirimu masih manusia. Ya iyalah, kalo monyet sih dihina ama dipuji tetep diem aja kagak ngarti, boro-boro tersinggung. Jadi, kalo masih tersinggung berbahagialah karena kamu masih manusia. Pletak!

Oya, gaya pacaran aktivis Rohis agak lain. Awalnya sih ukhuwah, tapi kebablasan jadi demenen. Mulanya cuma bergaul sesama pengurus pengajian, lama-lama muncul benih-benih cinta. Bersemi dalam dada dan melahirkan kerinduan. Huhuy! Ati-ati, bisa gaswat!

Sobat muda muslim, jangan heran or jangan kaget, sebab siapa pun orangnya, termasuk anak ngaji, bisa tumbuh dalam dirinya rasa cinta, rasa sayang, juga pengen memiliki begitu ngelihat lawan jenisnya. Ser-seran aja dalam dada kalo kebetulan bertemu di masjid or di perpustakaan. Bergetaran dalam jiwa (apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin vibrasinya lebih kuat tuh! Halah!). Pokoknya, seperti ada yang bergejolak dalam hati. Tapi sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata (cieee…). Pokoknya, bikin jantung berdetak dua kali lebih kenceng deh. But, itu wajar kok. Namanya juga manusia. Suer.

Malah boleh jadi, kalo iman kamu nggak kuat-kuat amat, bisa-bisa kecemplung melakoni aktivitas pacaran layaknya mereka yang masih awam dengan ajaran Islam. Maklumlah sobat, kalo nafsu udah jadi jenderal, akal sehat jadi keroconya. Celaka dua belas euy!

Saat cinta mulai bersemi

Cinta itu ibarat jelangkung. Datang nggak dijemput, pulang pun nggak dianter. Suka tiba-tiba aja datangnya. Udah gitu, nggak mengenal status lagi. Mau doi pelajar, guru, tokoh masyarakat, anak ngaji, ulama, dan bahkan kepala negara. Cinta bakalan tumbuh di dada mereka. Kamu masih inget kali ye kasusnya Bill Clinton dan Monica Lewynski? Hmm.. itu perselingkuhan yang mengguncang Gedung Putih beberapa tahun lalu. Geger seisi dunia. Awalnya, jelas rasa cinta. Meski akhirnya disalip oleh hawa nafsu.

Hati-hati lho, anak ngaji juga bisa tergoda saat cinta mulai bersemi. Ehm..ehm.. (ditambah pura-pura batuk nih) kamu jadi sering tampil klimis kalo pergi ke sekolah or kampus. Dandanan jadi rapi jali. Pendek kata, pengen tampil beda dan sempurna di hadapan sang pujaan hati. Sering terjadi lho. Cinta lokasi sesama aktivis pengajian. Wajar euy, sebab cinta itu naluriah. Udah built-in saat manusia diciptakan oleh Allah Swt. Dalam salah satu firmanNya disebutkan:“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)

Cuma masalahnya, saat cinta mulai bersemi, jarang ada yang bisa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran? Malu atuh!

Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang dianggap tahu dan paham agama lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian (anak Rohis) yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ?hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!

Jadi hati-hati deh, jangan sampe kamu kebablasan jadi demenan, padahal kamu niat awalnya mau menjalin ukhuwah sesama aktivis Rohis. Jadi, jelas emang kudu ada aturan mainnya. Nggak sembarangan bergaul, lho.

Jangan main api dong!

Iya, bara bisa jadi api yang berkekuatan besar dalam membakar apa saja yang ada di hadapannya, manakala kita rajin ngipasin. Makanya, jangan main bara api nafsu, bisa berabe dan bikin banyak dosa. Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! (hei! kok kayak Bang Napi sih? Hihihi…). Gaul bebas bisa bablas euy!

Oke deh, supaya gaul kamu sesama aktivis pengajian selamat di dunia dan di akhirat, ada beberapa poin yang kudu diperhatikan. Jangan sampe ukhuwah malah berubah jadi pacaran.

Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya sewindu (lama amat! Hiperbolis nih!). Bawaannya pengen ketemu melulu. Ini nggak sehat, Bro. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalo kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.

Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalo sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalo kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan agresif atau akhwat yang genit. Zwing…zwing.. gubrak!

Kedua, jangan ?menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi jangan saling memberi perhatian. Bisa-bisa diterjemahkan lain lho. Ati-ati deh. Firman Allah Swt. (yang artinya):“Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan), nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. ” (QS. al-Ahzab [33]: 32)

Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh? Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ?cepak’ abis! (kalo yang bener kan ?gondrong’. Maksudnya lebar gitu lho.). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake gaya dililit ke belakang, dan untung aja nggak ditarik lagi ke atas (gantung diri kalee..). Terus, bibirnya dipoles lipstik tebel-tebel. Bedakannya menor pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekolam teler! (apa hubungannya?)

So, buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Allah Swt. berfirman: “…dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS al-Ahzab [33]: 33)

Keempat, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana ?tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm… jadi tetep berhubungan kan? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. Tapi itu bikin suasana hati makin nggak kondusif karena mikirin si dia aja. Nggak percaya? Don’t be tried! Jangan dicoba!

Kelima, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis Rohis, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.” (QS ar-Ra’du [13]: 28)

Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah kebelet, (emangnya buang hajat?) segera menikah saja kalo emang udah mampu. Kalo belum mampu karena masih sekolah? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.

Emang sih kalo pengen lebih mantap solusinya, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Yup, negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang negatif. Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Pokoknya, malu atuh kalo ngajinya getol, tapi pacaran juga puool. Catet yo![solihin: sholihin@gmx.net]

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/asmara-aktivis-rohis)

Islam Bukan Cuma Nasyid

Posted in Buletin Studia Tahun ke Lima by abu fikri on the April 20th, 2007



Nama-nama Raihan, Saujana, Hijjaz, atau Brothers makin familier di telinga kita. Lagu-lagu nasyidnya itu lho yang bikin kita kesengsem. Lembut, syahdu, dan kalem. Bisa menghanyutkan kita dalam mengingat Allah atau bermuhasabah (tapi bukan sebagai pengantar tidur lho). Kaset dan CD-nya juga gampang diperoleh di toko-toko kaset. Apalagi di bulan suci ini. Dijamin bejibun. Abis laku keras sih. Malah ada juga kompilasi MP3-nya yang bajakan dan dijual eceran di kaki lima. Itu juga kalo nggak keburu digerebek ama aparat. Hehehe…

Nggak cuma didengerin, nasyid mulai banyak dilantunkan oleh remaja muslim. Buat mereka yang lagi kasmaran kontan hapal Teman Sejati-nya Brothers. Ehm, buat yang lagi berkobar semangat Islamnya langsung melalap semua lagu dalam album Kembali-nya Izzatul Islam. Mereka yang merasa ideologis juga ikutan berhip-hop nyanyiin tembang-tembang Soldiers of Allah. Atau yang lagi belajar bahasa arab berpartisipasi dengan Hadad Alwi dan Sulis dalam Cinta Rasul.? Bang Toyyiiib….Bang Toyyiiib. Eh maaf, salah muter kaset. Harusnya: Ya Thoyyibaah….ya thoyyibaah…. (Hihihi)

Biasanya anak-anak rohis atau primus alias pria mushola keranjingan bikin group nasyid. Selain untuk menggiatkan syiar Islam, bisa juga sebagai media penyaluran bakat bermusik. Booming grup-grup nasyid baru pun tak terbendung. Apalagi sekarang banyak digelar festival nasyid. Semuanya pada pengen unjuk gigi. Mentang-mentang pake pepsodent (ini iklan ya?). Syukur-syukur bisa masuk dapur rekaman. Kan lumayan. Daripada masuk dapur restoran. Entar disuruh cuci piring lagi. Hehehe….

Dan kini nasyid makin dianggap spesial dan jadi komoditi bisnis. Buktinya sampai dibikin festival dan konser segala. Ditayangin di layar kaca lagi. Kayak Festival Nasyid Indonesia (FNI) dan Nasyid Tausyiah dan Qiraah (NTQ) yang lagi jadi pembicaraan hangat.

FNI yang dilaunching 23 Juni 2004 silam kini memasuki babak final dengan 10 group yang berhasil lolos audisi. Para finalis ini akan menjalani masa karantina dengan sistem pesantren. Di sini mereka bakal dapetin pembekalan dari segi musikal, performance, siraman rohani, dan pengembangan diri. Indosiar menyiarkan kegiatan mereka setiap hari selama Ramadhan dari tanggal 15 Oktober hingga 12 November 2004. Setiap minggunya akan ada dua grup yang akan tereliminasi, hingga tersisa empat grup yang akan bertemu di grand final 12 November mendatang.

Sekadar tahu aja, modal untuk menggelar FNI itu cukup gede lho, ongkos produksinya dari mulai penginapan peserta festival (di Raffles Hill, yang pernah dipake peserta AFI 1-3), hingga ditayangkan di layar kaca, kata Manajer Nondrama Indosiar, Jufipriyanto, sekitar Rp 1 Miliar. (Koran Tempo, 17 Oktober 2004)

Sementara TV7 nggak mau kalah dengan menghadirkan NTQ dari tanggal 7 Oktober hingga 4 November 2004. Festival yang satu ini agak laen. Selain menuntut kemampuan munsyid (penyanyi nasyid) untuk menunjukkan harmonisasi olah vokal (nasyid), salah seorang munsyid dalam grup masing-masing juga dituntut untuk dapat menunjukkan kemampuannya melantunkan ayat suci al-Quran (qiraah) dengan benar serta menginterpretasikannya dengan baik (tausyiah). Biar para finalis nggak cuma bisa nyanyi, tapi juga nyelipin tausyiah atau qira’ah dalam aksi panggungnya. Jangan-jangan ini kaderisasi ABRI alias Anak Buah Rhoma Irama. Hehehe…

Seni Islam di negeri kita
Seni Islam yang berwujud tembang-tembang religius emang bukan barang baru di negeri kita. Jaman bonyok (bokap-nyokap) kita, masyarakat kenal seni Islam terbatas pada musik qasidah atau irama gambus. Dengan iringan alat musik kepret (tabuh/pukul) semacam rebana atau ketimpring (kecrekan), jenis musik ini dianugerahi julukan �band kepret’. Meski begitu, lagu Perdamaian, Indung-indung, atau Jilbab-jilbab Putih masih populer di kalangan guru-guru Agama Islam setingkat SD. Bener lho!

Sayangnya, personel qasidah ini yang biasanya akhwat suka ikut joget bin goyang pinggul ngikutin irama gambus yang mepet-mepet dangdut. Malah seringkali mereka tampil ber-tabarruj (menampakkan kecantikan tubuhnya). Polesan lipstik di bibir dan sapuan make up di wajah yang terkesan menor. Jelas perpaduan ini jadi keliatan norak dengan balutan busana muslimah yang menjaga kehormatannya. Terus alunan musiknya juga terdengar monoton binti kaku. Otomatis lambat laun qasidah atau irama gambus ini kian terkubur di telan perkembangan musik pop. Wassalam deh!

Tahun 70-an, musik religius mulai mendapatkan tempat lagi di hati para penggemar musik. Adalah Bimbo Cs yang mengenalkan musik pop berlirik religius. Kelompok asal Bandung itu telah menggarap lagu seperti Tuhan, Rindu Rasul, sampai Anak Bertanya pada Bapaknya yang terbukti menjadi lagu sepanjang masa.

Suasana musik religius makin kondusif dengan hadirnya nasyid. Terutama setelah muncul kelompok vokal Raihan dari Malaysia yang turut mempopulerkan nasyid yang ngepop dan easy listening sekitar tahun 1996. Tak lama kemudian, grup nasyid asal Malaysia pun membanjiri Indonesia. Sebut saja Rabbani, Hijjaz, Brothers, In-Team, atau The Zikr dan masih banyak lagi.

Grup nasyid domestik yang mengemas lirik religius dengan pendekatan pop juga kian berkibar. Ada Senandung Nasyid dan Dakwah alias Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul Islam, ar-Ruhul Jadid, atau Shoutul Harakah.? Oya, Ruhul Jadid dan Izzatul Islam terkenal sebagai grup nasyid yang mengobarkan semangat juang. Aseli semangat banget tuh!

Sejak saat itu, popularitas nasyid kian booming. Bagi remaja muslim, nasyid udah jadi bagian dari keseharian mereka. Gimana nggak, dengan variasi jenis musik, nasyid kini mampu mewakili budaya remaja yang beragam. Semua aliran musik mampu diselami grup-grup nasyid baru. Dari yang nge-pop, mars yang menggugah semangat, melankolis, sampe yang rap bin hip-hop. Tinggal milih sesuai selera.? Makanya nggak usah kaget kalo kita nemuin temen kita tengah komat-kamit kayak dukun baca mantra. Kali aja doi lagi nge-rap Staring Into Kafirs Eyes-nya Soldiers of Allah (SOA). Huhuy!

Jangan terlena alunan nada
Sobat muda muslim, bukan aib kalo kita jatuh cintrong ama nasyid-nasyid yang kian trend. Saking kesengsemnya, winamp di komputer penulis nggak mau berhenti muterin lagu-lagu dari Hawari, BMP, Bijak, Nada Murni, Saujana, atau The Fikr sambil bikin tulisan ini. Tapi kita juga nggak pengen nasyid bikin kita terlena. Idih, emangnya Ikke Nurjannah? Wacks!

Sobat muda muslim, tentu kita semua udah tahu kalo hukum bernyanyi itu mubah. Karena pada masa Rasul banyak shahabat yang hobi nyanyi atau sekadar bersenandung sepengetahuan beliau. Dan beliau mendiamkannya (taqrir). Seperti yang dikerjakan Salman al-Farisi saat menggali parit ketika akan menghadapi perang Khandaq. Bahkan Rasul sendiri mengangkat seorang shahabat ahli syair bernama Hasan bin Tsabit. Doi bertugas mengobarkan semangat kaum Muslimin di medan pertempuran dengan syair-syairnya yang heroik plus energik.

Dan sudah sepatutnya kemubahan itu tetap pada tempatnya alias nggak ngotak-ngatik aktivitas lain yang hukumnya wajib atau sunnah. Ada kekhawatiran pada ajang festival nasyid seperti yang digeber FNI atau NTQ. Kenapa?

Mengingat banyaknya porsi waktu, pikiran, tenaga, dan harta yang dialokasikan dalam pagelaran festival yang makan waktu cukup lama ini bisa bikin lalai dari kewajiban untuk berdakwah, mengkaji Islam secara intensif, atau mengoreksi kebijakan penguasa yang mendzhalimi rakyat. Panitia sibuk nyiapin perlengkapan, akomodasi, sampe monitoring perkembangan peserta saban hari. Pesertanya juga nggak kalah sibuk latihan biar penampilan mereka di atas panggung tidak mengecewakan.

Lagian kalo kita bercermin pada perilaku keseharian Rasulullah dan para sahabat, waktu mereka lebih banyak dialokasikan untuk beribadah, menyebarkan pemahaman Islam, berjihad, dan sesekali bercengkrama dengan keluarga. Ini berarti sedikit sekali waktu yang diberikan untuk mencari hiburan, termasuk bernyanyi-nyanyi. Catet tuh!

Selain itu, kehadiran FNI atau NTQ berbarengan dengan tren ajang pencarian bakat sekuler kayak AFI, Indonesian Idol, atau KDI. Seolah festival itu digelar sebagai ajang tandingan. Moga-moga nggak ya. Afwan, bukannya kita mau ngerecokin. Cuma was-was aja dengan format acara itu yang dikemas seperti AFI dkk yang kental dengan alam kapitalis bin komersil. Jangan sampe deh nasyider jadi kayak seleb pada umumnya: haus popularitas, pujian, jadi sumber penghasilan, serta bergaya glamour. Bahkan nggak mau manggung kalo bayarannya rendah. Walah!

Yang lebih parah, kalo niat ikhlas untuk berdakwah via jalur nasyid lambat laun bermetamorfosis menjadi riya’. Masa’ sih? Asli. Bayangin aja, pas di atas panggung. Benih-benih takabbur dan riya’ mulai mencari mangsa. Tepukan tangan yang gemuruh, pujian serta histeria pendengar bisa menenggelamkan akal sehat dan melambungkan perasaan kita. Rasullah saw. bersabda: “Siapa yang memperdengarkan amalnya kepada lain orang, maka Allah memalukannya di hari kiamat, dan barang siapa yang memperlihatkan amalnya kepada orang, Allah membalas riya’nya itu.� (HR Bukhari, Muslim)

Kalo sudah begini, apa mungkin jebolan FNI atau NTQ itu bisa seperti Hasan bin Tsabit? Mungkinkah akan muncul generasi Salman al-Farisi? Atau jangan-jangan malah berkeliaran versi islamnya Very atau Sutha AFI?? Walah, seleb islami kali yee (hehehe).

Budaya bukan yang utama
Sobat, kita bersyukur banget dengan antusias semua lapisan masyarakat terhadap seni Islam. Setidaknya mulai tumbuh kecintaan terhadap Islam. Sekaligus mampu meng-kick balik seni-seni jahiliah bin sekuler yang meraja lela. Tapi tentu kita nggak merasa cukup dengan kegembiraan ini. Tanpa bermaksud mengecilkan peran nasyid atau munsyid yang berdakwah di jalur seni suara, kita kudu nyadar kalo Islam isinya bukan cuma budaya. Bener. Budaya cuma bagian kecil aja.

Belum pas rasanya kalo kita jadikan tren nasyid sebagai parameter kebangkitan Islam. Sebab kebangkitan itu hanya akan diraih dengan adanya perubahan pemikiran dan perilaku umat ke arah yang lebih baik. Dan Rasulullah nggak ngasih contoh kalo perubahan itu bisa diraih dengan bersenandung. Tapi dengan pembinaan akidah, syariat, dan dakwah secara intensif. Pokoknya digeber iman, ilmu dan amalnya untuk perjuangan membela Islam.

Karena itu, boleh aja kita dengerin nasyid dikala jenuh binti bete atau bikin grup nasyid untuk sekadar penyaluran bakat. Anggap aja sebagai penyemangat dan penghibur perjuangan. Tapi inget, di luar sana umat yang tengah dijajah sistem sekuler sangat membutuhkan uluran tangan kita untuk bangkit.

Kalo pengen menghidupkan Islam, Islam itu ideologi, bukan budaya. Sehingga, jika ingin menghidupkan Islam, maka harus difokuskan perjuangannya kepada kampanye penerapan syariat Islam sebagai ideologi negara. Seni, musik, dan sejenisnya adalah bagian kecil saja dalam khasanah ideologi Islam. Kalo ideologi Islam udah diterapkan dalam bingkai negara, maka insya Allah nyanyian pasti akan bercitarasa Islam. Bahkan bukan cuma nyanyian, segala aspek kehidupan pasti akan berlandaskan ideologi Islam. Yakin itu.

Sobat muda muslim, yang dibutuhkan Islam saat ini adalah keseriusan dalam berdakwah menegakkan Khilafah. Jangan sampe nasyid menjadi senjata dari musuh-musuh Islam untuk melenakan kita. Karena kita menganggap bahwa dengan maraknya seni Islam, Islam akan bangkit. Nggak lha yauw! Kita harus berjuang, dan tanpa perlu menjadikan nasyid sebagai senjata utama! (nasyid mah pelengkap aja deh!). Akur dong? [hafidz]

(Buletin Studia – Edisi 218/Tahun ke-5/25 Oktober 2004)

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/islam-bukan-cuma-nasyid)

Kalo Cowok ama Cewek Sohiban…

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun II/2008-2009 by Ahmad Jibraan on the April 13th, 2009
edisi 077/tahun ke-2 (17 Rabiul Akhir 1430 H/13 April 2009)



Senang deh rasanya kalau hidup kita dikelilingi banyak teman. Kita yang diciptain Allah Swt. sebagai manusia, yang makhluk sosial, pasti bakal jadi lonely kalau nggak ada orang yang mau nemenin perjalanan hidup kita, dengan segala suka dan dukanya, dengan semua cerita dan pengalamannya.

Kalau punya teman kan jadi ada orang yang bisa kita curhatin. Kita bisa cerita ke mereka apa yang kita rasain, yang kita pikirin. Dan sebaliknya, kita juga mesti siap untuk dijadiin tempat curhat mereka.

Untuk bisa dapet temen yang sehati dan sevisi emang nggak gampang. Pastinya nih kita kudu ngelakuin “audisi” dulu untuk bisa sampe dapet sohib yang terbaik buat kita. Kita kudu punya standar valid untuk sohib terbaik. Apa aja sih?

Pertama, mau saling menasihati dan membantu dalam kebenaran. Bahasa kerennya sih mau ber-’amar ma’ruf nahi munkar, dan yang jelas benar atau salahnya didasarkan pada ketentuan Allah Ta’ala semata. Nyari sohib yang tipe begini jaman sekarang susah-susah gampang. Yang ada kebanyakan maunya pake aturan sendiri-sendiri. Kriteria benar atau salah ya menurut kesepakatan aja. Nah, sekalinya ada sohib yang kasih saran atau nasihat dengan aturan Islam seringnya malah dibilang sok alim. “Udah deh elo nggak usah kebanyakan dalil! Hari gini masih ngomongin dalil!” Atau … “Elo tuh rese ya! Nggak bisa liat orang seneng!” Atau … “Udahlah jadi orang Islam yang biasa-biasa aja, nggak usah ekstrim kayak gitu! Dikit-dikit al Quran! Dikit-dikit syari’ah!” Phew!

Padahal sohib yang mau ikhlas amar ma’ruf nahi munkar ke kita adalah harta yang tak ternilai harganya. Sohib kayak gini yang bisa bikin selamet dunia en akhirat. Malah, seharusnya sebelum minta orang lain melakukannya buat kita, kita yang lebih dulu melakukannya buat orang lain.

Kedua, selalu mendoakan kita saat kita tidak bersamanya. Rasulullah saw. bersabda: “Doanya seorang muslim kepada saudaranya yang tidak bersamanya pasti dikabulkan. Di dekat kepalanya ada malaikat yang menjaganya. Setiap kali ia berdoa minta kebaikan untuk saudaraya, malaikat itu berkata “amin”. Dan engkau akan mendapatkan yang serupa (dengan saudaramu tadi).” (Muslim: 48-Kitab adz-Dzikr wad Du’aa’, hlm. 88)

Senengnya deh kalau kita punya sohib yang kayak gitu. Keberadaan sohib yang kayak gitu bakal bikin kita jadi orang yang paling beruntung sedunia!

Ketiga, melindungi kehormatan kita, menutupi aib kita saat kita tidak bersamanya. Rasulullah saw bersabda: “Seorang mukmin adalah cermin mukmin yang lain. Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, di mana saja dia bertemu dengannya, ia akan mencegah tindakan yang mencemari kehormatan saudaranya, dan akan melindunginya dari baliknya.” (HR Abu Dawud dan al-Bukhari, dengan isnad hasan dari Abu Hurairah)

Aman, tentram, gemah ripah loh jinawi (halah, kayak semboyan kemakmuran suatu negeri aja!!) kalo punya sohib yang kayak gini. Kita nggak jadi was-was kalau punya rahasia. Hepi, nggak makan ati.
Nah, kalau kita udah bikin standar kayak gitu, terus kita hunting ke sana ke sini eh teryata yang punya kriteria kayak gitu tuh ada di temen kita yang lawan jenis. Gimana ya? Apa iya bakal lebih baik kalo sohiban sama dia?

Para cewek bicara soal sohib cewek
Para cewek yang lebih milih cowok jadi sahabatnya biasanya karena punya pendapat atau bahkan pengalaman sahabat ceweknya tipe ember. Udah kesohor banget kalau cewek tuh, katanya, biangnya gosip. Hobi nonton acara gosip. Habis itu dengan ceria bagi-bagi gosip. Susah deh bagi rahasia ke temen cewek. Bisa-bisa seluruh aib kebongkar habis-habisan. Mendingan sohiban sama cowok aja. Cowok kan nggak ember. Kalo pun ngerumpi paling juga urusan sepakbola, otomotif, sama komputer. Jadi, aman.

Alasan lainnya, karena punya sohib cewek lebih sering main perasaan. Lebih ngeduluin emosi daripada rasio. Orang lagi panik, yang di situ butuh pikiran yang tenang, yang ada kalo sama sohib cewek situasi malah jadi lebih genting, karena dia ikutan panik. Kita lagi sedih, eh dia entar malah ikutan mewek. Kan, nggak nyelesein persoalan. Atau pas kita lagi marah, dia lebih sensi lagi. Yang ada entar malah main jambak-jambakan, cakar-cakaran, atau dendam tiada akhir. Ih, nggak deh. Mendingan juga punya sohib cowok. Beda kalo sama sohib cowok. Cowok kan tipe manusia yang ngeduluin rasio. Jadi enak untuk diajak tuker pikiran. Nggak panikan juga. Jadi ada yang bisa bikin suasana jadi calm down.

Alasan berikutnya, karena cewek itu fisiknya nggak sekuat cowok. Kalau punya sohib cowok kan ada yang ngelindungin. Kalau lagi takut ada yang ngejagain. Paling nggak nih kalau pas ke sekolah atau kuliah lagi bawa buku banyak ada yang bisa diandelin. Kalau pas ketemu sama preman ada yang ngebelain. (backsound: kalau gitu mendingan nyari kuli panggul en bodyguard pribadi aja kali ya daripada sohib hehehe…). Kalau cewek mana bisa?

Para cowok bicara soal sohib cowok
Kalau para cowok lebih milih sahabat cewek karena cewek itu lembut. Jadi, kalau lagi emosi ada yang bisa sabar ngeredam. Cowok kan biasanya main otot. Kalau cowok sohiban sama cowok bisa bermasalah. Terus belum lagi masalah logika yang juga sering jadi bahan bakar berantem. Awalnya niatnya diskusi, terus jadi debat, terus … berantem! Marah dikit gebrak meja. Marah banyak meja hancur, muka babak belur. Berabe. Mendingan punya sohib cewek. So, dengan kelembutannya, bisa bikin hati panas jadi dingin.

Alasan lainnya, karena cewek itu orangnya teliti dan tekun. Kalau punya sohib cewek ada yang ngingetin hal-hal yang detil. Catatan sekolah pasti lebih rapi, lebih enak dibaca, lebih enak dipelajari. Cewek juga biasanya rapi. Nah, kalo punya sohib cewek kan bisa bantu menilai sesuatu udah rapi atau belum, bisa kasih saran supaya rapi gimana.? Kalo sohib kita cowok juga? Aduuuh yang ada pada kayak gembel semua tampangnya. Semaunya sih habisnya.

Sohiban ama lawan jenis? Baca dulu ini…
Berbagai alasan di atas adalah alasan yang sering banget diutarakan oleh orang-orang yang akhirnya memilih lawan jenis sebagai sohib mereka. Dua kutub yang berbeda bikin cepet nyambung. Gitu konklusinya. Sumpe lo? Nggak malah complicated alias rumit?

Cari sohib atau sahabat itu nggak cuma persoalan gampang tune in satu sama lain atau nggak. Bukan hanya persoalan gampang nyambung atau nggak. Tapi sebagai muslim, ketika kita bicara tentang sosok sahabat, berarti kita bicara sosok yang bikin kita aman.

Emang mungkin aja sih ada saatnya kita ngobrol sama lawan jenis ternyata lebih nyambung, koneksinya cepet. Tapi, kalau sampai kebablasan, hubungan yang kayak gitu udah pasti nggak aman lagi untuk dijalanin.

Bukan aman dalam pengertian dilindungi dan melindungi dari penjahat, tapi aman dalam arti terhindar dari fitnah! Yang pasti sulit banget bisa menghindar kalo kita sohiban sama lawan jenis.

Mungkin masih ada yang kasih argumen: “Loh kan itu bisa-bisanya kita aja jaga diri. Jaga rasa. Kalo udah deal dari awal kita sohiban ya udah sampe situ aja. Nggak lebih!”

Bro en Sis, berapa banyak sih orang yang sok ngomong gitu tapi kejadian juga. Awalnya temenan eh terus jadi demenan. TTT alias Teman Tetap Teman jadi TTM alias Teman Tapi Mesra. Padahal udah jelaslah Allah Swt. ngatur cara gaul kita sama lawan jenis. Sebagai yang bukan mahram, nggak boleh berdua-duaan (berkhalwat), yang cowok mesti jaga pandangan.

Rasulullah saw. bersabda:“Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai dengan mahram-nya, karena sesungguhnya yang ketiganya adalah setan.” (HR Ahmad)

Allah Swt. berfirman dalam al-Quran surat an-Nur ayat 30, yang artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka.”

Nah kalau sohiban nggak mungkin kan jauh-jauhan?? Kalau “rasa” alias cinta itu datang, jadinya persahabatan bukan malah bikin nyaman tapi bikin pusiiiing!

Elo masih bilang nggak mungkin ada rasa? Coba deh perhatiin beberapa pengakuan “aktivis” persahabatan lawan jenis berikut ini.

Si Stringy_life bikin pengakuan dalam sebuah forum. Dia bilang gini, dia ngalamin juga sohiban sama lawan jenis. Ada rasa? Pastinya ada, tapi sekarang gimana kita ngelola rasa itu. Ada lagi pengakuan dari orang yang berbeda di forum yang sama. Nick name-nya Erepyon. Dia bilang dia udah punya beberapa sahabat. Dan, seiring umur dan pergaulan yang nambah pengen juga nambah sahabat. Ada satu orang yang doi coba jadiin sahabat. Masalahnya orang itu lawan jenis. Belakangan dia ngerasain perasaan aneh. Dia sih berusaha mengontrolnya karena dia nggak pengen ngerusak persahabatan dia, tapi yaa… terkadang ada saatnya berat juga menahannya.

Tuh, kan. Sohiban sama lawan jenis banyak ribetnya. Ngelola “rasa” itu aja udah bikin kerjaan lagi. Dan, yang paling efektif untuk ngilangin rasa adalah dengan menurunkan level sohib jadi sekadar temen. Ya iya dong. Nggak sohiban sama lawan jenis bukan berarti kita nyari musuh. Temenan sih tetep harus. Silakan sama siapa aja. Tapi untuk sohib? Mendingan nggak usah deh.

Yang cewek sohiban sama cewek, yang cowok sohiban sama yang cowok. Itu lebih pas. Karena yang tahu detail masalah cewek dan dunianya ya cewek. Begitu juga sebaliknya.

Kalau ada sifat-sifat cewek yang ember dan hal-hal negatif lainnya, cowok juga banyak minusnya. Ada juga cowok yang rumpi. Ada juga cowok yang secara fisik emang lemah. Kalau ada yang bilang cowok itu nggak rapi, emosian, suka main otot, cewek juga ada yang gitu. Buktinya tuh Genk Nero.

Banyak kok cewek yang smart, bisa mikir taktis, nggak panikan. Ada kok cowok yang teliti banget, tekun, sabar. Artinya, setiap orang itu pasti ada kelebihan dan kekurangan, nggak lihat jenis kelaminnya apa. Allah Swt. udah tentuin masing-masing orang dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Lagipula untuk saling mengingatkan dan saling melindungi nggak perlu jadi sohib dulu. Sesama muslim kan bersaudara. Iya nggak sih?

Jadi, please deh jangan dijadiin alasan untuk cari sahabat yang ngertiin kita, yang bisa ngelengkapin hidup kita dengan kelebihan yang mereka punya, lantas kita pilih sahabat lawan jenis. Kekurangan di diri seseorang itu lazim, namanya juga manusia. Sifat buruk juga kadang menginfeksi. Manusia kan tempat ngumpulnya kekurangan dan kekhilafan. Dan, yang bisa jadi salah satu solusi adalah persahabatan yang diridhai oleh Allah Ta’ala. Persahabatan yang dijalani di atas jalan Allah. Sip kan? [nafiisah fb: http://thechamberoffriendship.co.cc]

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/kalo-cowok-ama-cewek-sohiban)

Jilbab Bukan Sekadar Simbol

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun II/2008-2009 by Farah Zuhra on the July 13th, 2009
gaulislam edisi 090/tahun ke-2 (20 Rajab 1430 H/13 Juli 2009)



Siapa sih yang nggak tahu jilbab itu apa? Yupz…jilbab adalah baju takwa seorang muslimah. Meski banyak salah kaprah dalam memahami definisi jilbab tapi kita semua sepakat bahwa aurat muslimah itu semua bagian tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Dan itu, kudu ditutup biar yang tidak berkepentingan nggak bisa lihat.

Seiring dengan gencarnya dakwah Islam di tengah masyarakat, Alhamdulillah banyak muslimah yang sadar untuk menutup aurat. Di satu pihak, hal ini kudu kita syukuri. Tapi di pihak lain, ternyata jilbab marak itu hanya sekedar trend. Parahnya, ada juga pihak yang menjadikan jilbab ini hanya sebatas simbol berupa secarik kain penutup kepala. Bahkan akhir-akhir ini banyak pro dan kontra tentang jilbab yang katanya sebagai komoditi politik golongan tertentu.

Hmm…ternyata jilbab membawa bahasan yang tak kalah serunya untuk diobrolin. Biar anti manyun, ikuti terus yuk topik tentang jilbab ini. Tarik maaang!

Jilbab=ketundukan

Inti dari Islam adalah ketundukan. Tunduk dan patuh pada Dzat Yang Maha Menciptakan dan Mengatur, termasuk dalam urusan berpakaian seorang muslimah. Dalam hal ini, Allah telah mengaturnya dalam QS an-Nur [24]: 31 dan al-Ahzab [33]: 59 (untuk isi ayat dan terjemahannya secara lengkap, silakan baca al-Quran yang kamu punya ya..).

Ketika Allah Swt. telah menetapkan satu syariat bagi manusia, maka tak ada pilihan bagi manusia tersebut untuk memilih syariat/aturan lainnya. Perintah Allah ini haruslah disambut dengan ketundukan dan keikhlasan dalam menjalankannya (nah, biar lebih mantap, penjelasan ini bisa kamu baca di al-Quran surat al-Ahzab ayat 36)

Meskipun demikian, ternyata fakta di lapangan menunjukkan bahwa berjilbabnya seseorang tidak selalu karena factor takwa. Banyak factor-faktor lain yang menyertai niat seseorang ketika ia memutuskan menutup aurat. Ada yang berjilbab karena alasan lebih simple dan nggak bingung memilih mode ketika akan bepergian. Ada juga yang mengatakan dirinya terlihat lebih cantik bila berjilbab. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa sudah waktunya berjilbab karena sudah berumur. Hanya anak muda saja yang pantas untuk tidak berjilbab. Waduh…kacau juga ya.

Parahnya, ada yang berjilbab karena bintang idolanya berjilbab juga. Atau istri politisi tertentu berjilbab, sehingga akhirnya hal ini jadi alasan untuk ikut pemilu dalam sistem kufur bernama demokrasi. Bahkan saat ini jilbab menjadi salah satu media untuk mempolitisir Islam.

Padahal sesungguhnya, jilbab adalah satu bentuk kecil dari ketundukan dan ketaatan seorang hamba kepada Khaliknya. Sedangkan bentuk ketaatan lainnya masih sangat banyak yaitu dalam semua aspek kehidupan. Termasuk juga dalam menyalurkan aspirasi politik, umat Islam kudu taat pada aturan Allah Ta’ala secara mutlak. Tidak boleh hanya karena simbol jilbab terus jadi ikut-ikutan berpesta demokrasi yang jelas-jelas menjadikan manusia sebagai berhala. Yang bersimbol jilbab aja nggak boleh, apalagi bagi yang tidak berjilbab. Ini masalah prinsip Bung! Bukan sekadar ikut-ikutan aja karena setiap amal pastilah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.

Jilbab dan politik

Di tengah suhu Indonesia yang panas dengan gempita pemilu, jilbab menjadi ramai diperbincangkan. Ada pro dan kontra menyikapi soal jilbab ini. Ada yang bersuara keras agar jilbab tidak dikaitkan dengan kepentingan politik apa pun. Agama terlalu suci untuk dilibatkan dengan politik yang kotor, itu alasannya. Tapi di sisi lain, ada juga pihak yang tersepona, eh, terpesona karena ada sosok tertentu yang berjilbab sehingga menganggapnya lebih islami.

Agar kamu nggak bingung, yuk kita dudukkan masalah jilbab dan politik ini di tempat semestinya. Pertama, kamu kudu paham dulu makna politik. Dalam Islam, politik adalah riayatus-syu’unil ummah, yaitu mengurusi urusan umat dengan satu sistem tertentu yaitu Islam. Yang namanya urusan umat, itu bukan tentang jilbab saja. Tapi sejak mulai bangun tidur hingga tidur lagi termasuk juga dalam mengelola perekonomian, pendidikan, pidana, perdata dsb, itu juga bagian dari urusan umat.

Islam tidak mengenal sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan. Sebaliknya, Islam adalah the way of life plus ideologi yang kudu ada pada diri seseorang yang mengaku dirinya muslim. Karena tak ada sekulerisme, maka politik pun menjadi bagian dari Islam. Ketika kamu sadar sebagai muslimah kudu berjilbab, maka saat itulah kamu mempunyai kesadaran politik yang bagus. See…ternyata makna politik tidak sesempit yang kamu kira sebelumnya.

Politik tidak melulu bermakna kekuasaan. Tapi kekuasaan diperlukan untuk menegakkan agama termasuk salah satunya adalah berjilbab. Mungkin kamu nggak pernah ngalami yang namanya berjilbab diusir dari sekolah negeri. Itu karena saat itu peraturan pemerintah melarang pemakaian jilbab di lingkungan akademis. Walhasil, yang namanya muslimah berjilbab diseret dan diusir dari kelas menjadi hal yang lazim sekaligus mengenaskan. Saya pun pernah diintimidasi aparat hanya karena menolak foto KTP dan SIM yang memperlihatkan telinga.

Dari cerita di atas, jelas banget kan kalo ternyata kebijakan politik yang pro syariah itu sangat dibutuhkan. Dan syariah ini nggak akan mungkin kaaffah (keseluruhan) dilaksanakan dalam sistem yang bernama demokrasi. Karena hakikat demokrasi ini adalah suara terbanyak tak peduli halal dan haram. Jadi kalo mayoritas bilang jilbab haram, maka sah saja negara bilang jilbab haram. Begitu sebaliknya, bila pelacuran dikatakan halal karena ada maslahat di sana yaitu pajak bagi negara, maka demokrasi pun mengesahkannya.

Intinya, syariah Islam nggak bakal bisa sempurna penerapannya dalam sistem kufur bernama demokrasi. Syariah hanya bisa tegak dalam sebuah sistem yang memang sudah ada tuntunannya dalam Islam yaitu Khilafah Islamiyah. Inilah sebuah kepemimpinan umum kaum muslimin sedunia tanpa ada sekat-sekat bernama nasionalisme.

Jilbab= simbol?

Ngomongin jilbab ternyata tidak sederhana ya? Bukan melulu selembar kain penutup kepala yang saat ini lagi trend dipakai perempuan. Aturan jilbab diturunkan bukan tanpa maksud. Di dalam QS al-Ahzab ayat 59, Allah Swt. menyatakan bahwa agar para muslimah itu mudah dikenali dan tidak diganggu. Para munafiqun biasanya berdalih, bahwa hukum berjilbab tidak lagi wajib apabila muslimah tidak lagi mendapat gangguan. Nah…lho… (ngarang deh lo!)

Di posisi inilah keimanan seorang muslim teruji. Dalam melaksanakan syariat, bukan manfaat yang kita kejar. Tapi harus murni karena taat dan tunduk pada Allah semata. Apabila ada manfaat di dalamnya, itu hanya efek samping dan bukan tujuan utama. Yakinlah, bahwa syariat yang berasal dari Allah Ta’ala itu pasti membawa manfaat bagi manusia. Hanya karena kelemahan dan kebodohan manusia saja, yang seringkali kita ini belum mampu menyibak makna di balik perintah dan larangan Allah.

Jilbab memang sebuah simbol, bahwa seseorang yang memakainya adalah perempuan muslim. Jilbab adalah simbol bahwa muslimah yang memakainya itu (seharusnya) berbeda daripada yang tidak memakai. Aneh banget bila berjilbab tapi masih suka boncengan sama cowok non mahrom. Berjilbab tapi mojok berduaan dan beraktivitas mesum, nauzhubillah. Jilbab sebagai simbol baju takwa seorang muslimah menjadi runtuh. Sehingga tak heran banyak suara nyinyir yang mengatakan ‘lebih baik nggak usah berjilbab kalo kelakuan masih bejat.’

Wah….ini yang sering salah kaprah. Kalo ada cewek berjilbab yang tingkah lakunya nggak senonoh, bukan jilbabnya yang salah. Tapi pribadi cewek tersebut yang kudu dibenerin. Jangan malah, udah nggak berjilbab, kelakuan rusak lagi. Watau, naudzhubillah. Jangan mau jadi tipe yang ini. Harusnya tuh, berjilbab dan sholihah, itu cermin diri muslimah yang sebenarnya.

Nah, bagi yang berjilbab tapi masih norak, juga kudu nyadar bahwa jilbab yang tersandang itu mempunyai konsekuensi tertentu pula. Jadi udah nggak bisa seenaknya sendiri ketawa ngakak di depan umum, terus runtang-runtung sama cowok non mahrom. Jangan deh.

Jilbab memang simbol tapi esensinya juga kudu harus dipahami. Jilbab adalah tabir bagi muslimah dari berbuat maksiat dan dosa. Jilbab adalah sebuah identitas diri bahwa pemakainya juga harus sesuai dengan apa yang dipakainya. Jilbab adalah satu langkah awal untuk siap menerima aturan-aturan Allah lainnya termasuk dalam hal pergaulan, batasan dengan lawan jenis, serta interaksi lainnya.

Jilbaber pejuang

Jilbab adalah wajib bagi yang merasa dan mengaku dirinya perempuan muslim. Jilbab memang terkait erat dengan politik tapi dalam makna yang benar. Meskipun terkait erat dengan politik, tidak berarti bahwa seseorang yang sudah berjilbab maka sudah tentu ia setuju dan memperjuangkan diterapkannya syariah. Dalam hal ini, sebagai muslimah kamu kudu kritis dan selektif. Jangan mau diperdaya oleh petinggi-petinggi partai yang berkoalisi demi empuknya kursi kekuasaan namun menjual idealisme penegakan syariat Islam.

Terkait dengan hasil pemilu yang baru saja berlalu, siapa pun pemenangnya, berjilbab atau pun tidak istri para pemimpin tersebut, tetap hukum kufur aturannya. Jadi, nggak usah terlalu gembira deh hanya karena partai islam tertentu berkoalisi dengan pemimpin yang menang tersebut. Toh…keadaan tidak akan pernah berubah karena syariat masih saja dianggap tidak perlu untuk ditegakkan.

Sistem demokrasi, berhala manusia saat ini, masih saja tampil sebagai pemenang. Hal ini tak ada kaitannya dengan kemenangan partai Islam tertentu, apalagi kemenangan hasil koalisi dengan partai sekular. Jilbab benar-benar dianggap hanya sekadar selembar kain yang tak mempunyai makna apa-apa. Naudzubillah. Bila kepentingan duniawi telah mengalahkan cita-cita mulia partai dakwah, maka tunggu saja ketika Allah akan memberikan keputusanNya.

So, para muslimah, WAKE UP! Di balik jilbab yang kamu kenakan ada tanggung jawab besar untuk membuat perubahan. Jangan mau terpedaya oleh slogan palsu yang mengatasnakaman Islam. Gimana supaya tak gampang terpedaya? Belajar Islam yang kaafaah sebagai sistem kehidupan yang utuh, bukan sepotong-sepotong. Bagaimana pun, harga sebuah idealisme harusnya lebih mahal daripada kepentingan bagi-bagi kursi dalam pemerintahan yang tidak islami. Cita-cita diterapkannya syariat Islam nggak boleh luntur secuil pun dari perjuanganmu. Dan syariah Islam ini nggak mungkin bisa diterapkan kecuali dalam sebuah sistem bernama Khilafah Islamiyah.

Jilbaber, ayo berjuang bersama. Bagi yang belum berjilbab, ayo mulai saat ini tanamkan tekad untuk memulai sebuah perubahan dalam dirimu. Di mana pun kamu berada dan bergerak, samakan langkah agar tujuan lebih mudah teraih, insya Allah. Karena sungguh tak ada kemuliaan kecuali dengan Islam, tak ada Islam tanpa syariah, tak ada syariah kecuali dalam naungan daulah Khilafah Islamiyah. Semangat! [ria: riafariana@yahoo.com]

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/jilbab-bukan-sekadar-simbol)

Pacaran? Nggak, Ah!

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun II/2008-2009 by Hasna Hawwa on the July 20th, 2009
gaulislam edisi 091/tahun ke-2 (27 Rajab 1430 H/20 Juli 2009)



Hmm.. dari judulnya aja udah pastinya seru dibahas nih, apalagi kalo udah ngomongin cinta-cintaan nggak bakalan ada habisnya buat dibahas. Dari jaman baheula sampe sekarang yang namanya cinta selalu seru untuk diobrolin. Lihat deh acara-acara di tivi kebanyakan tentang percintaan. Nggak ketinggalan majalah remaja, tabloid, novel, sinetron, film layar lebar sampai reality show semua isinya percintaan. Kalo masih kurang lagu-lagu anak band sekarang tidak jauh dari lirik-lirik cinta. So, nilai jual cinta nggak bakalan turun (jiaaah, cinta kok dijual?). Termasuk tulisan ini juga akan membahas tema yang sama. Tapi sudut pandangnya Islam, karena saya seorang muslim.

Bro en Sis, cinta itu anugerah. Dateng gitu aja, tiba-tiba muncul tanpa diundang (dah kayak jalangkung!). Nggak peduli tua atau muda, cantik atau jelek, ganteng atau tampan (loh? Curang nih cow) love doesn’t know difference deh. Contoh cowok kalo udah suka sama cewe, bisa lupa segalanya, mulai dari ngelamun, ketawa sendiri (cinta gila kali ya?) sampe rela ngelakuin apa aja demi ceweknya. Padahal bisa aja dimanfaatin, aji mumpung jalan kemana aja dibayarin, dari makan sampai nonton. Ini cewek matre atau sekadar numpang makan (ngirit banget lo!). Atau mungkin dia punya prinsip “seefesien mungkin”. Kalo ada yang gratisan kenapa nggak? Pletak!

Wadooh, yang ceweknya nggak pada empati tuh, kali aja si cowok udah mati-matian nabung sebulan penuh, sampe hutang kanan-kiri juga kali ya? (nah loh ada yang kesendir tuh ya? Hehe…) Tapi kalo sampe para cewek dituduh matre or numpang makan doang, kayaknya cewek-cewek pada nggak setuju nih. But, tenang Sis. Nggak semua cewe kayak gitu kok (Jiaaah, pembelaan ini cuma contoh takutnya gue dicakar-cakar sama cewek-cewek, peace).

Eh, ada yang protes nggak kalo masalah pacaran dikaitkan dengan Islam? Biasanya kalo protes itu mikirnya gini: “Yang penting kan ibadahnya? Ngapain kudu disangkut-pautkan dengan Islam. Pacaran aja selama itu nggak ganggu orang lain dan nggak sampe berzina”. Hmm…

Bro, Islam udah ngasih aturan yang jelas, harusnya kita bisa menerima Islam dengan sepenuhnya, bukan cuma sebatas ritualnya aja atau dijadikan formalitas aja. Aturannya menyangkut semua hal, mulai dari aturan negara sampai aturan untuk individu. Jangan sampe di antara kamu ada yang rajin ngaji, sholat juga nggak ketinggalan, tapi maksiat tetep jalan. Hadduch.. STMJ tuh mah (Sholat Terus Maksiat Jalan). Sholat sih sholat, tapi soal maming alias Malam Mingguan kamu ngerasa wajib untuk hadir ke rumah pacar kamu. Niat ngapel sambil pamit sama ortu si pacar, mau ngajak jalan-jalan cari udara segar (cari aja oksigen di rumah sakit, lagi bengek kali tuh!). Intinya supaya bisa berdua aja.

Oya, ada juga tuh temen kita yang beralibi alais ngasih alasan bahwa pacaran yang mereka lakukan itu islami. Mereka sepakat putus sementara kalo datang bulan Ramadahn. Nanti abis Ramadhan disambung lagi (waduuuh, ngarep banget ya buat melegalkan pacaran?). Kalo gitu ngerampok secara islami ada juga kali ya, cuma ngerampok orang kaya yang pelit en pejabat korup (dah kayak Robin Hood dong? Asal deh lo!).

Gaul cara Islam

Bro en Sis, Allah Swt. udah berfirman (yang artinya):“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra [17]: 32)

Tuh, bukan cuma zinanya aja yang haram, tapi mendekati zina saja sudah dilarang. Pacaran identik dengan berkumpul antara lawan jenis. Istilahnya berkhalwat dengan yang bukan mahrammnya, dalam Islam tentu diharamkan karena bisa menjerumus ke dalam kemaksiatan en yang lebih parah berzina. Kalo mau plesetin omongannya Bang Napi jaman dulu (masih pada inget kan?). Yup, Bang Samsi (eh, Bang Napi) bilang: “Inget, kemaksiatan bukan hanya karena ada niat si pelaku, tapi juga karena ada kesempatan.” Bener banget. Kalo udah berudua-duaan yang ketiganya adalah setan. Hati-hati kalo sampe satpol PP juga ikut pantau. Kegiatan kamu bakalan diintip dan didiemin dulu biar ketangkep basah (nah loh pengalaman sapa tuch?) Soalnya, kalo udah terpancing sama hawa nafsu setan, gampang banget tuh ngegodainya, istilahnya tinggal tunggu jam tayang (dah kayak nonton bioskop aja tuh).

Bro, sebelum sampe berdua-duaan dengan lawan jenis, di awal-awal hubungan dengan lawan jenis udah diatur dengan baik lho dalam Islam. Supaya kejadian maksiat itu bisa dicegah karena peluangnya diminimalisir. Allah Swt. udah berfirman (yang artinya): “Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya…’.” (QS an-Nuur [24]: 30–31)

So, menundukkan pandangan adalah menjaga pandangan. Nggak dilepas gitu aja tanpa kendali yang memungkinkan bakal merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan bisa dibilang terpelihara jika secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tanganNya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”

Juga dalam hadis yang lain. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan. Ati-ati! Waspadalah!

Bor en Sis, dalam Islam nggak ada istilah pacaran, karena pada dasarnya aturan pergaulan dalam Islam adalah infishol alias “terpisah” dalam arti begini: cowok atau cewek hanya bergaul akrab dengan sejenisnya atau para mahram. Berhubungan dengan lawan jenis hanya masalah mu’amalah (bisnis, seperti di pasar antara penjual dan pembeli), pendidikan (seperti antara guru dengan murid atau dosen sama mahasiswanya) juga dalam masalah kesehatan (konsultasi dokter dengan pasiennya dan sejenisnya). Yang semuanya harus tetap sayr’i.

Soal tempat khusus dan tempat umum

Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS an-Nuur [24]: 27-28)

Bro en Sis, kamu perlu tahu nih tempat atau kondisi yang berkenaan dengan pergaulan antara cowok dan cewek yang bukan mahram.

Pertama, tempat yang kita tidak memerlukan izin pada saat masuk/melihat (contoh :lapangan, rumah sakit, Pasar, dll). Kedua, tempat khusus (tempat yang jika kita ingin masuk atau melihat maka diwajibkan untuk meminta izin, contoh: kamar mandi rumah, mobil pribadi, ruangan pribadi dan sejenisnya).

Terus nih, yang harus diperhatikan dalam pergaulan adalah soal istilah: Pertama, ij’tima, yakni berkumpul, tapi tidak ada interaksi. Kedua, a’laqoh, yakni interaksi, tapi nggak berkumpul (contohnya telepon, chatting online, SMS-an, kirim-kirim e-mail dan sejenisnya). Ketiga, ikhtilat, yakni berkumpul dan beriteraksi (dan yang dibolehkan bagi yang bukan mahram adalah hanya dalam masalah mu’amalat, pendidikan, dan kesehatan)

Oya, saya mau cerita dikit. Pernah tuh saya beda pendapat mengenai status hukum pacaran sama temen sendiri. Saya nggak setuju pacaran, bukan karena saya nggak laku buat pacaran, tapi karena banyak yang nolak sih hehe… (nggak ding, emang saya udah tahu hukumnya pacaran nggak boleh menurut ajaran Islam). Saya menolak pacaran bukan juga untuk nyuruh dia putus sama pacarnya, cuma pengen ngajak berfikir aja. Sampe pada klimaksnya dia bilang ke saya: “Kalo gaya hidup kamu kayak gitu mending nggak usah hidup di Indonesia aja!” Wadduh…. nggak nyangka temen saya ngomong begitu. sampe akhirnya gue jawab “Sory friend, aku hidup di bumi Allah Swt. Kalo kamu nggak setuju sama aturan Allah mending pergi aja dari bumi Allah”. Halah, saya spontan komen gitu. Sempet terfikir itu emosi saya yang menjawab kali ye? Tapi ya udahlah. So, saya udah mencoba untuk tegas walaupun saya masih belajar dalam mentaati semua aturan Islam.

Pacaran nggak cuma mereka yang masih bujangan dan gadis aja, tapi dari usia akil balig sampai kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja. Betul apa bener?

Islam ngatur hubungan antar lawan jenis

Oya, bukan berarti nggak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami)

Selain hal tersebut di atas, baik itu hubungan teman, pergaulan laki-laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta.

Bro en sis, bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki/perempuan yang bukan mahram, tetapi kita diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Kalau masih pengen juga, kamu kudu ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki kamu dan kamu harus menutup auart masing-masing agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam. Tapi ini bukan dalam rangka pacaran, lho. Ya, sekadar bertemu untuk pendidikan atau dakwah, muamalah dan kesehatan. Oke?

Percayalah, jodoh itu Allah Ta’ala yang ngatur. Nggak usah maksain sampe pacaran segala. Ada cerita nih, dari guru ngaji gue sih (minta izin ngutip ya pak.. hehe). Jadi ada cowok-cewek yang udah kepalang pacaran en cinta banget. Ketika mereka dalam pengajian, dibahas tuh masalah pacaran kayak gini. Singkat cerita mereka putus, “demi Islam kita putus aja yach…” katanya. Wah dilema banget emang ya? (cinta deritanya tiada akhir.. hwaach dasar Patkai).

Emang berat en nggak gampang tuh ambil keputusan habis udah cinta mati. Sampe semboyannya aja: “I love you teu eureun-eureun” (gotong royong aja kali ya biar nggak berat). Tapi kemudian mereka iklhas menerima keputusannya. Berlanjut sampe mereka dewasa. Atas ijin Allah mereka dipertemukan kembali, karena ortunya udah saling kenal juga, akhirnya mereka menikah. Wah…wah pastinya bahagia banget mereka. Gimana Bro, mau, mau mau? Kalo udah siap jangan tunggu lama-lama buat ngehindar dari maksiat en fitnah lanjutkan ke pernikahan (lebih cepat lebih baik, kita mah pro syariat Islam!).

BTW, tapi kan nggak segampang yang saya omongin ya? Kata Bang Thufail al-Ghifari sih “nikah itu Jihad yang aduhai” (cit..cwiw!). So, bukankah kalo pengen serius jalin hubungan, emang tujuannya menikah? (loh kok jadi ngomongin nikah? Curhatan saya nih kayaknya. Watau!)

Bukti cinta sejati

Bro en Sis, Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): “Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu: memilih kalam kekasihnya (al-Qu’an) daripada kalam lainNya (hasil produk manusia); memilih bergaul dengan kekasihNya daripada bergaul dengan yang lain; memilih keridhaan kekasihNya daripada keridhaan yang lain.”

Demikian ini karena orang yang mencintai sesuatu itu, ia menjadi hambanya. Yahya bin Mu’adz berhubungan dengan pengertian ini mengatakan: “Setitik benih cinta kepada Allah lebih aku sukai daripada pahala mengerjakan ibadah tujuh puluh tahun.”

Nah, kalo virus merah jambu mulai meradang di hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti kawin alias nikah. Nggak apa-apa kok masih muda juga asal udah mantap mentalnya, kuat ilmunya, dan cukup materinya. Tapi kalo ngerasa belum mampu, ya wis kamu kudu rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsumu. Dan tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam lebih dalam, jangan lupa perbanyak kegiatan positif: ngaji dan olahraga, misalnya. Main gim? Halah, bolehlah asal jangan kebablasan! Tapi, daripada main gim mending baca al-Quran atau nulis kayak saya nih di buletin gaulislam. Insya Allah lebih oke. Sip kan?

Bro en Sis, hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Itu sebabnya, yuk kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah Swt. agar diberi kekuatan untuk menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya. Moga kita sukses di dunia dan di akhirat ya. Mau? Mau doooong! Semoga Allah menolong kita, amin. Jadi, tetep mau pacaran? Nggak, Ah! [Samsi: http://saidansam.wordpress.com]

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/pacaran-nggak-ah)

Kalo Cewek Ngeblog…

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun II/2008-2009 by Hasna Hawwa on the October 19th, 2009
logo-gi-3 gaulislam edisi 104/tahun ke-2 (30 Syawal 1430 H/19 Oktober 2009)


Hari gini siapa yang kenal blog? Buat para netter sejati, blog pastinya udah jadi pemandangan yang nggak asing lagi, walaupun nggak semua sih kalo netters itu blogger juga. Nah, ternyata di antara para blogger itu banyak juga lho dari kalangan cewek. Kini, dengan berbagai ragam penampilan dan isi blog, mereka meramaikan dunia maya. Hmmm … kayak apa ya kalo para cewek ngeblog? Isinya kira-kira tentang apa aja ya? Intip aaaah…

Isi blog cewek

Diary. Blog macam gini banyak nampang di dunia virtual. Isinya tentang curhatan hati pemlik blognya. Kejadian-kejadian lucu, sedih, bahagia, ngebetein, bikin ill feel semua numplek di blog macam gini. Biasanya nih kejadian-kejadian yang beragam rasa itu ada hubungannya sama gebetan, temen-temen di sekolah atau kuliah or di tempat kerja, sohib-sohibnya, tempat belanja, fashion, penampilan, liburan, ortu, keluarga, dan seabrek cuhatan lainnya. Nggak lupa juga yang punya jiwa narsis bisa leluasa pasang foto-foto diri dengan gaya yang bebas ekspresi. He..he…

Nah, kalo yang punya blognya adalah cewek nih bahasa berkisahnya bisa dalem banget. Kadang suka agak-agak centil. Dan, kabar-kabarinya nih dengan gaya cewek kayak gitu traffic kunjungan ke blog bisa tinggi. Maka, nggak heran ada blogger cowok yang bikin blog dengan gaya cewek, dan pastinya namanya juga pake nama samaran yang cewek. Ckckck….

Kuliner. Blog tipe kayak gini emang nggak semuanya dibikin sama cewek, tapi sebagian besar emang iya. Di blog kayak gini biasanya pengunjung bisa dapetin banyak resep makanan, mulai dari masakan sayur, lauk-pauk, kue, minuman, en lain-lain. Ada yang resep lokal. Ada juga yang impor. Eh, ada juga lho blogger kuliner yang menyediakan info tempat jajan yang beragam level, dari yang pinggir jalan sampai yang restoran mahal. Dateng ke blog beginian bisa bikin laper! Jiahahah..

Hobi. Para bloggers tipe gini bisa jadi rujukan buat para netter yang hobinya sama. Nah, kalo cewek biasanya ngulik hobi yang terkait dengan beragam koleksi: koleksi perangko, parfum, novel, dan sebagainya. Ada juga isinya tentang hewan peliharaan. Segala pernik cerita terkait Si Peliharaan dimuat di blog. Atau tentang … hobi belanja! Cewek banget nggak sih? (backsound: Nggak gua tuh! Hehehe…). Sssttt … gara-gara hobi belanja terus kasih info tempat belanja, harga barang pasaran sampe yang branded bisa bikin seorang blogger jadi seorang konsultan. Bisa gratisan sampe yang dibayar. Menggiurkan? Kalo cuma mikir duitnya doang sih emang, tapi kalo mikir lebih jauh tentang orang-orang yang dibawa ke ajang konsumerisme akut en kronis sih mending nggak lha yaw!

Jualan. Nih blogger yang emang business-oriented banget. Cocok buat cewek yang pengen ngejalanin bisnis dari rumah. Sah-sah aja kok ngejadiin blog untuk sarana dagang. Asal yang dijual bukan yang diharamkan dan jualannya nggak pake curang. Bisnis kan taruhannya kepercayaan. Akad jual-beli juga mesti diperhatiin walaupun di alam maya. Sebagai muslimah, tentunya gimana Islam ngatur soal kayak gitu itu mestinya jadi sandaran.

Idola. Wah, kalo blog jenis ini sih bertebaran. Ada yang emang bikin blog khusus untuk didedikasikan buat Sang Idola atau yang integrated (ceileeeh bahasanya tuh!) sama blog diary. Mulai dari seleb lokal, interlokal sampai internasional bisa banyak dicari. Isinya dari mulai data pribadi, foto dengan berbagai pose, agenda kegiatan, sampai berita terkini Si Idola. Wuih! Rajin banget ya? Semoga semangat pengen tahu tentang Islam juga tetap membara dong ya.

Yang jadi problem

Sebenarnya sih nggak ada larangan buat cewek ngeblog. Tapi, yang mesti diperhatiin lebih adalah apakah isi blognya itu bermanfaat buat orang lain atau nggak, atau malah bikin yang lain nggak sadar bikin kesalahan juga. Eh, ada yang nimpalin tuh. “Blog gua selalu gua pastiin bisa kasih manfaat buat orang lain kok. Para pengunjung bisa dapetin segala hal tentang Si Seleb X.”

Nah, lho. Urusan idola dan mengidolakan–en kayaknya juga udah sering dibahas di gaulislam—ada aturan bakunya dalam Islam. Kita dilarang keras untuk “menuhankan” manusia. Mungkin ada yang yang protes kalo nggak sampe segitunya juga kok ngidolain Si Doi. Biasa-biasa aja kok. Tapi, yang namanya mengidolakan nggak ada yang biasa-biasa aja kalleee, Sis. Faktanya nih kalo udah mengidolakan sesorang kita seringkali lupa diri. Histeria di sana-sini. Atau yang paling ‘ringan’ nih, bisa melalaikan kita dari mempelajari sosok manusia yang seharusnya en wajib kita pelajari yaitu Rasulullah saw. Kalo udah gitu kan nggak bener banget deh.

Cerita soal pacar, mantan pacar, calon pacar, itu juga jadi persoalan lain di blog. Hubungan cinta mesra antara lawan jenis nggak semestinya diumbar di media publik. Blog gimanapun kan area umum. Plus, pacarannya itu sendiri kan udah jelas ada hukumnya. Dalam kamus muslimah nggak bakalan pernah ada kalo pacaran iu halal. Iya nggak sih?

Bikin blog soal shopping juga nggak jadi masalah selama itu nggak bikin kita jadi “penjerat” orang lain ke kubangan konsumerisme. Okelah para pengunjung blog kita itu orang berduit semua, en mampu untuk beli apapun yang mereka liat di blog kita. Tapi kan sayang banget kalo duit segitu banyak cuma untuk belanja doang. Jangan boros ya. Rugi banget lho.

Ada juga yang blogger cewek (paling nggak dari nama blog-nya keliatan blog cewek) isi blognya lebih naudzubillahi min dzalik. Error abis! Kisah hot alias porno bisa vulgar ditampilin di sini. Maksudnya apa seeeh? Udah bikin blognya dosa, bikin orang lain ikut dosa. Makin numpuk aja tuh dosa. Iiiih nggak banget deh ah!

Blog sehat buat para muslimah

Keberadaan blog nggak bisa dihindari di jaman millennium kayak sekarang. Fenomena blog udah merambah jadi bagian kehidupan. Tapi, bukan berarti kan buat kita-kita yang muslimah jadi ikutan latah bikin blog tanpa mikir tujuan dan untuk siapa aja blog itu entar kita buat.

Bro en Sis, kamu perlu tahu bahwa dalam Islam sebelum kita berbuat harus tahu status hukum perbutan yang akan kita lakukan. Sebagaimana dalam kaidah syara (yang artinya): “Asal dari perbuatan (selalu) terikat dengan hukum syara”. Ini artinya, apa yang kita lakukan ada konsekuensi hukumnya. Maka, pastikan bahwa yang dilakukan itu benar menurut tuntunan syariat Islam. Ok?

Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr [59]: 7)

Nah, berdasarkan kaidah hukum syara dan dalil al-Quran di atas, maka bikin blog jadinya nggak bisa semaunya sendiri. Kita mesti pastiin kalo blog yang kita bikin adalah blog yang sehat alias blog yang aman untuk diakses orang banyak. Aman dalam batasan hukum syara’ pastinya.

So, kalo mau ditegesin lagi blog yang sehat itu punya syarat sebagai berikut:

Pertama, isi dan desain tidak bertentangan dengan syari’at. Untuk bisa mastiin isi sampe desain blog (jangan sampe ada gambar yang nggak sesuai dengan Islam) bener-bener sehat, nggak bertentangan dengan syari’at. Sebagai blogger, kamu kudu punya pengetahuan tentang Islam. Ya iya dong. Pengetahuan yang cukup tentang Islam bakal bisa bikin blogger punya panduan yang memadai untuk memilih mana yang boleh ditulis dan mana yang nggak boleh ditulis dan disebarkan.

Kedua, mencerahkan pengunjung blog. Blog yang sehat adalah blog yang bisa memberikan inspirasi kebaikan kepada para pengunjungnya. Misalnya nih: pengunjung yang sebelumnya nggak ngeh tentang wajibnya menutup aurat buat seorang muslimah jadi tergerak untuk segera menutup aurat setelah mampir ke blog kita, atau jadi cewek yang mau lebih peduli sama lingkungannya gara-gara baca postingan kita.

Itu dua syarat pokok kalo kita pengen punya blog yang sehat. Kalo pengen poin plus-plusnya juga, kita bisa dapetin dari desain blog yang dibikin sekeren mungkin. Untuk bisa seperti itu emang ada pengetahuan lain yang mesti kita punya, seperti pengetahuan kita tentang CSS (Cascading Style Sheet), flash, java script, HTML, XHTML, dan lain-lain. Tapi, kalaupun nggak jangan juga jadi berkecil hati. Sekarang blog gratisan pun menyediakan template lay out yang bagus-bagus kok.

Blogger muslimah kudu tangguh dan cerdas

Muslimah adalah elemen penting kebangkitan umat. Kalo kita ngomongin umat tentunya bukan cuma yang di Indonesia aja tapi juga yang di belahan dunia lainnya. Saat ini umat Islam dalam kondisi di titik nadir: dijajah secara fisik juga kekayaan alam. Lebih miris lagi tidak semua umat Islam menyadari keterpurukan tersebut. Itu karena cara pandang sebagian umat telah berhasil dialihkan secara halus oleh para penjajah. Umat Islam menjadi umat yang cinta dunia dan takut mati.

Nah, siapa lagi yang mau membangkitkan umat Islam kembali menjadi khoiru ummah (sebaik-baik umat) kalau bukan umat Islam yang telah sadar? Dan siapakah bagian dari umat Islam yang telah sadar itu? Salah satu bagiannya ya muslimah. Caranya? Berdakwah pastinya dong ya. Menunjukkan yang haq itu haq (benar itu benar), dan yang bathil itu bathil (salah itu salah). Dakwah, seperti yang ditunjukkan oleh suri teladan kita semua, Rasulullah saw. yang membuat orang akhirnya menyadari sepenuhnya hakikat penciptaan dirinya sehingga muncul kerelaan untuk diatur hanya oleh aturan Allah Swt.

Sobat muda muslim, cara berdakwah bisa beragam. Salah satunya bisa melalui blog. Nah, blogger muslimah kudu punya persiapan yang mantap untuk bisa menghadirkan pencerahan di blognya. Apa aja ya?

Pertama, selalu update pengetahuan Islam. Blogger muslimah emang kudu ngaji. Selain emang udah jadi kewajiban, ini modal paling penting untuk jadi blogger yang cerdas. Nggak ngaji ya siap-siap aja jadi blogger yang bisanya cuma ngikut tren doang.

Kedua, selalu bertekad untuk berbagi ilmu, pemikiran, dan perasaan sesuai dengan Islam. Udah ngaji tapi cuma buat kebaikan sendiri sih nggak bisa masuk kualifikasi. Blogger muslimah kudu mau sharing ilmu ke semua orang. Baik ilmu Islam maupun ilmu pengetahuan, juga keahlian yang dimiliki, yang dinilai bisa membuat oang lain pun jadi berdaya.

Ketiga, selalu mengasah daya kritis terhadap suatu fakta sehingga bisa kasih solusi. Blogger muslimah kudu mau baca en mengamati fakta. Dia kudu jadi orang yang peduli sama sekitarnya. Untuk syarat yang ini, nggak bakal ada deh blogger muslimah yang nyaman menyendiri di kamarnya berhadapan dengan komputer atau laptop yang tersambung ke alam maya.

Keempat, selalu mau upgrade keahlian. Blogger muslimah juga kudu mau ningkatin level keahliannya. Blog kan macem-macem. Ada blog tulisan seperti blogspot, multiply, dan wordpress. Ada juga blog khusus foto seperti photobucket dan flicker. Blog khusus lainya adalah blog video seperti youtube. Nah, untuk bisa menghasilkan konten yang bagus, blogger khususnya muslimah emang harus mau terus belajar dan belajar sehingga bisa bertambah lihai menulis, mengambil angle foto yang mencengangkan, dan membuat tayangan yang menggugah kesadaran.

Yuk mulai ngeblog sehat!

Kalau buat para sobat muslimah yang belum punya blog en pengen punya blog, nah sekarang nih saatnya. Pertama, pastiin kalian semua udah baca syarat blog sehat kayak apa. Dan selanjutnya, silakan memilih situs blog gratisan yang kalian inginkan. Atau mau beli domain sendiri? Silakan. Banyak yang menawarkan harga domain dan biaya hosting yang murah. Mau yang gratisan atau bayar nggak jadi soal yang penting isi mesti berkualitas.

Kalau udah punya blog, ya jangan ditinggal dong. Pelihara dengan baik. Isi terus blog kamu dengan postingan yang berkala. Eh ya jangan lupa, tukeran link sama saudara-saudara muslim lainnya supaya makin banyak yang datang ke blog kamu. Atau bikin pengumuman aja lewat situs www.gaulislam.com. Emang bisa? Bisa dong. Caranya, sering-sering deh berkunjung ke situsnya buletin gaulislam ini, terus rajin kasih komen sambil tempelin deh tuh link blog kamu di situ. Sip kan! Saling berbagi nggak bakal bikin rugi. So, para blogger muslimah, umat menunggu kiprahmu. Jadilah muslimah yang cerdas, shalihah, rajin dakwah, dan punya keterampilan oke. [Nafiisah FB| http://nafiisahfb.co.cc]

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/kalo-cewek-ngeblog... )

Kado Cinta dari Islam

Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun III/2009-2010 by Farah Zuhra on the March 1st, 2010
gaulislam edisi 123/tahun ke-3 (15 Rabiul Awal 1431 H/1 Maret 2010)



Harta terbesar pada diri manusia adalah adanya iman Islam dalam diri. Betapa banyak manusia lainnya yang tersesat tak menemukan jalan kebenaran meskipun sepanjang hidupnya ia telah mencari. Dalam pencariannya itu, tak jarang di antara mereka kemudian menjadi atheis alias tak percaya adanya Tuhan.

Ludwig Feurbach bilang: “Tuhan itu hanya proyeksi manusia yang kosong hatinya”. Karl Marx bilang: “Kalau manusia secara sosial ekonomi bisa hidup dengan baik, Tuhan just die out”. Fredrich Nietchze bilang: “Tuhan telah mati”. Sigmund Freud: “bertuhan itu seperti mendambakan seorang ayah saja, maka kalau kita langsung dewasa, kita tidak lagi butuh Tuhan”. Richard Dawkins bilang: “kebutuhan akan Tuhan itu hanya meme (semacam gene) yang menular dari brain-to-brain dalam proses evolusi”. Daniel Dennett bilang: “Pikiran akan Tuhan itu hanyalah gen mistik yang tertinggal dalam proses evolusi manusia”.

Pengikut mereka banyak, tersebar di seluruh penjuru dunia. Bahkan anehnya, banyak juga perguruan tinggi Islam yang menjadikan mereka, para atheis itu sebagai idola. Pemikirannya yang tulalit itu dikaji dan diikuti. Padahal sepanjang kisah hidup mereka hingga akhir hidupnya, berisi kisah tragis sepanjang masa. Contohnya Karl Marx. Ia hidup dalam kemelaratan dan keterasingan. Bahkan sedikit sekali orang yang mau menjadi temannya karena sikapnya yang buruk dalam berinteraksi dengan orang. Sebuah sikap seseorang ketika ia tidak menemukan apa yang dicari dalam hidup yaitu keimanan. Hidupnya penuh kegelisahan dan penuh ketidakteraturan.

Bersyukurlah kita yang sudah dikaruniai iman dan Islam sejak lahir. Meskipun begitu, iman ini haruslah ditingkatkan terus dan terus. Apalagi Allah Swt. sudah memberi bekal akal untuk semakin meyakini iman Islam ini. Bila potensi akal ini maksimal kamu gunakan, tak akan pernah goyah meskipun banyak orang dan peristiwa datang berusaha untuk meruntuhkannya. Bahkan dalam kondisi sepahit apa pun menurut kebanyakan orang, seorang mukmin itu bisa merasakan manisnya iman. Hebat!

Kado indah bernama iman ini pantas dan harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Kamu masih ingat kan seorang budak bernama Bilal bin Rabbah yang bertahan pada iman Islamnya meskipun dadanya ditindih batu besar di tengah padang pasir yang panas? Yang dilafalkan Bilal cuma ‘Ahad! Ahad!’ secara berulang-ulang. Keimanan inilah yang mampu membuat seseorang bertahan dan berjuang seberapa berat kehidupan menghampiri.

Beda banget dengan kondisi jiwa orang-orang atheis itu. Akhir hidupnya selalu dipenuhi kisah memprihatinkan. Rumah tangga para tokoh calon penghuni neraka ini juga berantakan, bahkan tak jarang matinya pun bunuh diri. Jadi, sungguh nikmat iman dan Islam ini benar-benar begitu indah hadir sebagai kado kita sepanjang zaman.

Kado bernama Freedom

Freedom atau kebebasan adalah kado terindah bagi setiap makhluk hidup. Jangankan manusia, lalat aja bila ditangkap dan dimasukkan toples pastilah berjuang keras untuk menemukan jalan keluar agar bisa bebas lagi. Apalagi manusia yang mempunyai akal untuk berpikir, sudah pasti ia tak akan mau dipenjara atau diperbudak. Jadilah kebebasan menjadi daya tarik tersendiri untuk diperjuangkan.

Islam datang sejak awal memberi kebebasan pada manusia. Kebebasan dari segala macam pemberhalaan terhadap sesama makhluk. Berhala yang mengurung kebebasan ini bisa berupa harta, tahta dan wanita. Coba lihat, berapa banyak yang lemah tak berdaya di bawah kerling wanita. Kebebasannya jadi hilang karena yang ada hanya terpenjara pada nafsu syahwat saja. Begitu juga dengan harta dan tahta. Terjadinya saling bunuh dan pertikaian biasanya bermula dari rebutan harta dan tahta.

Manusia tak pernah bisa menjadi bebas hingga Islam datang dengan memberikan jalan keluar berupa penghambaan pada yang sepantasnya. Sifat lemah manusia membutuhkan sesuatu di luar dirinya yang bersifat Maha. Ketika manusia berhasil ‘menemukan’ Sang Maha ini, maka pada saat itulah ia merasa bebas karena keresahan hati telah terobati.

Penghambaan pada Allah Yang Esa telah menjadikan manusia menggapai kebebasan sejatinya. Gimana nggak kalo semua aturan Allah Swt. yang harus ditaati sebagai bukti taat sebagai hamba, pas bener dengan fitrah dan akal manusia. Coba deh kamu cari orang mukmin yang merasa gelisah dan terkekang karena kebebasannya terbatas. Nggak bakal nemu deh!

Misalnya saja seorang muslimah berjilbab karena taat pada Allah Ta’ala. Ketika orang-orang kafir itu menyebutnya sebagai pengekangan kebebasan perempuan untuk memilih mode, para muslim berpikir sebaliknya. Mereka merasa bebas dengan aturan dari Allah ini karena tak ada lagi laki-laki yang menilai mereka sebatas kulit dan daging saja. Mereka merasa menjadi perempuan berharga diri karena keimanan, ketakwaan, kecerdasan dan kebaikan hati-lah yang menjadi ukuran, bukan panjang pendeknya rambut sebagai mahkota yang harus ditutupi. Mereka jadi pengendali mata lelaki dalam memandang bagian tubuh mana yang boleh dilihat dan yang tidak. Tuh kan, keren banget!

Kado bernama syariah

Syariah adalah aturan. Yang dimaksud di sini so pasti syariat Islam bukan syariat lain-lain yang nggak jelas asal-usulnya. Syariah adalah kado cinta Islam bagi umat manusia dan lingkungan, bukan hanya muslim semata. Bagaimana bisa? Syariah menjamin kesejahteraan umat manusia dan lingkungan yang berada dalam lingkup penerapannya.

Misalnya saja perbuatan merusak alam dan lingkungan dengan menebang pohon sembarangan dilarang keras. Perilaku ini memberikan efek berantai bagi rusaknya keseimbangan alam berupa tanah longsor dan banjir. Bencana alam ini efeknya menelan korban jiwa manusia dan binatang di sekitarnya. Syariah Islam memberikan tuntunan agar tidak merusak pohon-pohon.

Itu dari segi perlindungan alam. Dari segi perlindungan manusia, Islam mempersembahkan kado indah untuk melindungi akal, jiwa dan harta. Gentel, seimbang dan impas.

Haramnya khamr atau minuman keras beralkohol adalah dalam rangka melindungi akal ini. Haramnya membunuh jiwa manusia tanpa alasan jelas bertujuan melindungi jiwa sehingga ada hukum qishash atau balik membunuh si pembunuh. Bahkan qishash ini bisa tak dilaksanakan apabila keluarga yang dibunuh memaafkan dan sebagai kompensasi ‘hanya’ dengan membayar sejumlah ganti rugi. Bukan kejam tapi ini manusiawi agar manusia tak sembarangan membunuh orang lain seperti misalnya Babeh yang membunuh banyak anak jalanan tapi proses hukumnya belibet.

Pencuri yang sudah mencapai jumlah tertentu dan bukan karena kelaparan akibat paceklik, dihukum potong tangan. Sanksi ini memberi efek jera kepada pelaku. Bandingkan dengan hukum sekuler yang memberi sanksi penjara 3 bulan bagi maling ayam dan cuma 2 tahun bagi koruptor milyaran rupiah. Keluar dari penjara bukannya insaf tapi malah lebih lihai karena para pencuri ini berguru kepada teman sesama napi trik-trik mencuri dan korupsi yang lebih canggih.

Masih banyak aturan Islam lainnya yang indah semisal di bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, bertetangga dan lain sebagainya. Islam itu bukan hanya hukum potong tangan, tapi Islam itu meliputi seluruh aspek kehidupan. Dan seluruh aspek kehidupan yang diatur oleh Islam ini tak bakal dapat terwujud nyata tanpa adanya sebuah sistem yang menerapkannya. Ibaratnya sebuah air yang jernih, kejernihan itu tak akan tampak ketika tak ada wadah yang menampungnya. Dan wadah bagi aturan Islam yang indah ini hanya ada pada sebuah sistem bernama Daulah Khilafah Islamiyah.

Meraih kado cinta Islam

Sejak diruntuhkan oleh seorang keturunan Yahudi bernama Mustafa Kemal Attaturk pada 3 Maret 1924, daulah Khilafah ini tak lagi ada di tengah-tengah kita. Maka pantas saja umat Islam jadi merana dan terlunta-lunta serta teraniaya karena tak punya pemimpin dan rumah yang bisa melindungi. Tapi jangan berkecil hati! Selalu saja ada cara untuk meraih kemuliaan itu dengan memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam sebagaimana telah terbukti selama lebih dari 14 abad.

Cara meraih kemuliaan itu adalah dengan dakwah dan jihad. Dakwah di sini adalah dakwah tanpa kekerasan. Ya, dakwah dengan membangkitkan pemikiran umat agar sadar dan bergerak. Jihad di sini pun bukan jihad ngawur mengebom sana-sini tanpa ilmu. Adanya sebagian orang yang suka bom inilah yang seringkali dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menyudutkan aktivis dakwah. Oleh karena itu dakwah dan jihad pun ada ilmunya, nggak bisa sembarangan aja main pukul rata.

Nah, untuk mencari ilmunya, kamu kudu bergerak dong! Nggak bisa ilmu datang tiba-tiba tanpa diupayakan. Yuk, hadir di majelis ilmu yang membahas tentang Islam sebagai the way of life, aturan hidup yang menyeluruh. Bukan hanya sekadar bisa sholat dan puasa tapi tak mau berdakwah. See, asik kan ternyata jadi orang muslim itu. Selalu ada kado cinta berebut pahala kebaikan di setiap kesempatan. Tidak tegaknya syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah ini jangan sampai membikin kamu pasif. Sebaliknya, ketiadaan ini malah bikin kamu makin semangat bergerak dan berjuang untuk mewujudkannya lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Tanamkan dalam diri kamu bahwa seorang muslim itu hidupnya mulia. Jadi jangan pernah deh mau diremehkan dan diinjak-injak oleh kaum kafir. Apabila ini yang terjadi maka mati syahid jauh lebih baik daripada hidup terhina di bawah kaki penjajah. Penjajah bukan hanya ada dalam sejarah kumpeni yang melakukan kerja rodi pada kakek nenek moyang kita. Tetapi penjajah masih ada saat ini dalam bentuk penjajahan ekonomi, politik, sosial, budaya dsb. Wah… makin gemas dan menambah semangat berjuang nih. Yuk, cintai Islam, pelajari dan pahami ajarannya, praktikkan dalam kehidupan nyata. Dukung dengan aktivitas dakwah Islam yang tanpa kekerasan. Kita bisa terlibat bersama dalam dakwah. Tentu sepakat dong ya. Harus itu! [ria: riafariana@yahoo.com]

(Dikutip dari : http://www.gaulislam.com/kado-cinta-dari-islam )